REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pesantren Al-Achsaniyyah Kudus, Jawa Tengah merupakan pesantren untuk mendidik anak berkebutuhan khusus. Pesantren ini dinilai sebagai pesantren satu-satunya yang ada di Indonesia bahkan Asia dan dikhususkan untuk anak berkebutuhan khusus.
"Sepengetahuan saya, pesantren Al-Achsaniyyah satu-satunya di Indonesia bahkan Asia," kata Pengasuh Pesantren Al-Achsaniyyah KH Muhammad Faiq Afthoni saat dihubungi Republika, Rabu (9/10).
Muhammad mengatakan, pesantren Al-Achsaniyyah ini didirikan pada tahun 2007. Pesantren ini secara umum dikhususkan untuk santriwan dan santriwatinya yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu secara finasial.
"Kami mendirikan pesantren anak berkebutuhan khusus ini karena empati dengan anak-anak berkebutuhan khusus," katanya.
Menurutnya, anak berkebutuhan khusus ini termasuk bighoiri mukallaf atau tidak punya hukum Allah, dan berarti anak-anak itu bighoiri hisab fii yaumil akhir yang dalam artian nantinya tanpa hisab.
"Berarti mereka ahlul jannah," katanya.
Muhammad Faiq berharap setelah menempuh pendidikan di Pesantren Al-Achsaniyyah, anak berkebutuhan khusus itu kedepan bisa mandiri. Bahkan punya ketrampilan untuk masa depannya.
Muhammad Faiq mengaku, memang sangat berbeda dalam tata cara atau metode untuk pembelajaran antara anak berkebutuhan khusus angat dengan anak-anak normal pada umumnya. Sehingga, banyak metode yang diterapkan untuk menyampaikan materi kepada ABK.
Muhammad Faiq mencontohkan, di pendidikan reguler di ada namanya sekolah dasar luar biasa (SDLB). Di Ponpes Al-Achsaniyyah ada terapi anak berkebutuhan khusus di mana namanya ada one on one atau pembelajaran 1 anak 1 terapis.
Fasiltas kelas juga harus besar dan pembelajaran diniah dilakukan sore hari. Di mana sekali watku ada outing class atau pembelajaran di luar pndok.
"Misalnya pengenalan tempat ibadah semua agama dan lain-lain," katanya.
Muhammad mengatakan, belajar di luar kelas tujuannya adalah untuk pengenalan kegiatan sehari-hari dan mengenal lingkungan sekitar. Di mana pendidikan yang diajarkan adalah pendidikan seperti pada umumnya.
"Seperti demikian juga agama dan yang paling penting adalah bakat, minat dan mandiri," katanya.