Jumat 04 Oct 2019 23:40 WIB

Indonesia dan Denmark Berbagi Pengalaman Hadapi Intoleransi

Indonesia dan Denmark menghadapi tantangan sama.

Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON— Duta Besar Indonesia untuk Denmark, M Ibnu Said, mengatakan Indonesia dan Denmark memiliki tantangan yang sama dalam mengatasi ujaran kebencian (hate speech), berkembangnya intoleransi, dan ekstremisme.

Dalam dialog Antaragama Indonesia dan Denmark yang diadakan di Kopenhagen, Denmark, Kamis (3/10), Dubes Ibnu Said mengatakandialog lintas agama dan media seperti yang diadakan saat ini adalah salah satu kerja sama yang dapat dilakukan kedua negara dalam upaya mengatasi tantangan tersebut, menurut keterangan tertulis KBRIyang diterima Jumat (4/10).

Baca Juga

Dia mengatakan, di era perkembangan teknologi dan arus informasi yang dapat diakses siapapun, ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) menyebar dengan mudah dan mengakibatkanterbangunnya kebencian dan opini publik negatif.

Duta Besar Michael Suhr, Perwakilan Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan Kementerian Luar Negeri Denmark, mengatakan pentingnya mempromosikan toleransi dan upaya untuk saling menghormati di antara masyarakat yang pluralis.

Menurut dia, forum dialog ini merupakan pondasi dasar bagi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam mewujudkan keharmonisan dan rasa saling pengertian.

“Pendidikan kepada masyarakat merupakan unsur dalam memberikan pemahaman dan penjelasan akan pluralisme, keragaman budaya dan agama, serta tenggang rasa,” ujarnya.

Pembicara dari Indonesia pada forum dialog ini ialah Prof Syafiq Mughni, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban, Romo Eko Armada Riyanto, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Agus Sudibyo (Dewan Pers Indonesia), Jati Savitri (Media Group), dan Rudi Sukandar (The Habibie Centre).

Pembicara dari Denmark ialah Jacob Mchangama, Direktur dan Pendiri Justitia, Filip Buff Pedersen dari Dewan Misi Denmark dan Lucas Skræddergaard dari Dewan Pemuda Denmark dan Organisasi Pemuda Kristen (Ung Mosaik)

Forum dialog ini membahas keragaman budaya, beragama, peran pemuka agama dan masyarakat dalam membangun masyarakat damai dan inklusif, serta keterlibatan pemuda dan media dalam menangani penistaan agama. 

Selain itu dibutuhkan peran media, masyarakat, dan pemerintah, terutama dalam penetapan dan implementasi kebijakan legal, upaya literasi bermedia sosial yang bertanggung jawab dan media menyuguhkan kebenaran tetapi tidak bias dan tidak memprovokasi.

Delegasi Indonesia juga berkunjung ke Danish Islamic Center dan berdialog dengan ulama Denmark. Selain itu melakukan pertemuan dengan VINK, lembaga deradikalisasi ekstremisme di kota Kopenhagen.

Kunjungan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait praktik beragama dan interaksi antarumat beragama di Denmark, serta upaya Pemerintah Denmark dalam mengatasi ekstremisme.

Indonesia-Denmark Interfaith and Intermedia Dialogue merupakan wujud komitmen kedua negara meningkatkan kerja sama dalam memajukan demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kebebasan dalam beragama sebagaimana tercantum dalam Plan of Action 2017 - 2020 untuk Kemitraan antara Pemerintah Kerajaan Denmark dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada 2020 hubungan diplomatik Indonesia dan Denmark mencapai 70 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement