REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Sebanyak 120 penyintas Wamena, Papua yang berasal dari Jawa Timur tiba di Malang. Mereka dievakuasi dari Wamena menggunakan pesawat C 130 Hercules A-1305.
Tiba di Bandara Abdurrahman Saleh sekitar pukul 14.50 WIB dan disambut oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Dari 120 penyintas tersebut, 15 diantaranya anak-anak, selanjutnya dikumpulkan di Bakorwil Malang untuk didata dan diserahkan ke Pemerintah Daerah masing-masing melalui Dinas Sosial. Mereka berasal
dari Probolinggo, Pasuruan, Bojonegoro, Jember, Madura dan Banyuwangi.
Abdullah Sihabudin (40 tahun) asal Probolinggo yang merantau ke Wamena sejak 2012 mengatakan tidak membawa harta benda apapun. Rumah dan 12 motor untuk usaha ojeknya sudah habis dibakar massa. Bahkan beliau dan anaknya yang masih kecil diancam dibunuh. Beruntung beliau ditolong oleh mama-mama Papua.
"Bapak ini orang baik, sering memberi makan kita. Kalau kamu mau bunuh, bunuh dulu saya," ujar mama Lani kepada para perusuh yang bersenjatakan kapak, parang dan busur seperti yang dituturkan kembali oleh Abdullah.
Abdullah Sihabudin (40 tahun) asal Probolinggo yang merantau ke Wamena sejak 2012.
Beliau disembunyikan di dalam honai mulai pukul 09.00 pagi dan baru dievakuasi oleh aparat sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Untuk kembali lagi ke Wamena, beliau masih ragu-ragu, kecuali bila situasi aman dan Pemerintah Daerah Wamena bersedia mengganti semua kerugiannya.
Rumah Zakat memberikan santunan dan Superqurban kepada Abdullah. Beliau menerimanya dengan mata berkaca-kaca menahan air mata. Santunan, Superqurban dan bantuan lainnya juga diberikan kepada semua penyintas asal Probolinggo.
Itu hanya salah satu kisah saja. Masih banyak kisah kisah pilu warga korban kerusuhan wamena lainnya. Rumah Zakat terus melakukan upaya untuk membantu korban kerusuhan Wamena baik yang masih di Wamena, Jayapura dan yang sudah dievakuasi ke daerahnya masing-masing.