REPUBLIKA.CO.ID, SIDNEY – Berada di negara minoritas Muslim seperti Australia umat Islam memiliki pengalaman tersendiri. Tak terkecuali pengalaman menjalankan ibadah wajib seperti shalat Jumat yang memiliki beberapa syarat untuk melaksanakannya.
Salah satu peserta program Short Term Awards dari Australia Awards Indonesia, Ahmad Syamsuddin, menceritakan pengalamannya kepada Republika.co.id saat berada di Sydney, Australia.
Bersama 24 pemuda-pemudi dari berbagai instansi dan komunitas, dia tengah belajar di Queensland University of Technology dan University of Technology Sydney.
Saat Syamsuddin dan teman-teman Muslim lainnya mencari tempat untuk melaksanakan shalat Jumat, dia menuju ke daerah 56 Erskine Street, Sydney, NSW, tidak jauh dari Darling Harbor.
Saat tiba di lokasi, Syamsuddin sedikit terkejut begitu mendapati jamaah shalat Jumat berhamburan keluar. Setelah mencari informasi, Syamsuddin baru tahu bahwa jamaah yang baru keluar masjid itu merupakan jamaah shalat Jumat kloter pertama.
Syamsuddin dan teman-temannya yang baru datang kemudian antre di sepanjang dinding luar gedung untuk ikut shalat Jumat kloter kedua. “Alhamdulillah, kita tetap bisa shalat Jumat di Sydney”, kata Syamsuddin kepada Republika.co.id, Jumat (4/10).
Syamsuddin lantas masuk ke lantai dua dan langsung antre untuk ambil wudhu, kemudian duduk di shaf bagian depan. Begitu azan pertanda shalat Jumat dimulai, jamaah semakin banyak berdatangan. Total ada dua lantai yang dipakai dan semua penuh.
"Ternyata kloter kedua ini bukanlah yang terakhir, masih ada kloter ketiga, sebagai kloter terakhir hari ini. Pengumuman kloter ketiga disampaikan khatib sebelum memulai khutbahnya," ucapnya.
Menurut Syamsuddin, shalat Jumat di Sidney digelar sampai tiga kali karena tempat yang ada tidak menampung Muslim dari berbagai negara, termasuk wisatawan yang sedang di Sydney untuk melaksanakan shalat Jumat.
"Saya bersyukur memiliki pengalaman shalat jumat di Sydney. Tiga kali waktu shalat Jumat adalah, pertama pukul 12.00, kedua 13.00 dan 13.45 waktu setempat," jelasnya.
Dia menjelaskan, jamaah shalat Jumat kebanyakan dipenuhi Muslim pendatang dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Saat antre untuk wudhu, bahkan Syamsuddin bertemu dengan pelajar dari Kapuas, Kalimantan Tengah yang sedang kuliah di Universitas Tecnologi, Sydney. Namanya Azmi, dan sedang mengambil jurusan teknik sipil, spesifikasi irigasi.
Beda Sydney, Beda Brisbane
Tepat sepekan yang lalu, Syamsuddin juga sempat melaksanakan shalat Jumat di Brisbane, ibu kota Queensland. Di kota ini, menurut dia, sebetulnya banyak umat Islam yang mengelar shalat Jumat, tapi bukan dilaksanakan di masjid permanen berkubah seperti di Indonesia. Melainkan di kota itu, tempat shalat Jumat adalah gedung perkantoran atau lapangan futsal yang disewa untuk shalat Jumat.
Di Brisbane, waktu seolah berjalan lebih lambat. Jumatan digelar hanya satu kloter dan waktunya lebih luas karena banyak digelar di lapangan futsal yang diubah menjadi masjid dengan ditutup karpet raksasa.
Menurut sensus Australia 2016, jumlah gabungan orang yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim di Australia, berjumlah 604.200 orang, atau 2,6 persen dari total populasi penduduk Australia yang kini mencapai 25 juta.
"Untuk mencari lokasi shalat Jumat tidaklah susah. Kebanyakan Muslim di Australia menggunakan aplikasi Muslim pro, di sana ada menu mosque yang langsung dapat mendeteksi lokasi masjid terdekat," jelas Syamsuddin.