Kamis 03 Oct 2019 04:30 WIB

Studi: Peran Gerakan Hizbut Tahrir Dominan di Asia Tenggara

Hizbut Tahrir mempelopori aksi massa, mobilisasi, dan framing gerakan Islam.

Buku Mendamaikan Syariah dan NKRI: Strategi Mobilisasi dan Retorika Gerakan Islam Revivalis di Indonesia.
Foto: Dok Istimewa
Buku Mendamaikan Syariah dan NKRI: Strategi Mobilisasi dan Retorika Gerakan Islam Revivalis di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebuah studi terbaru tentang gerakan transnasional diluncurkan pada Rabu (2/10). Buku bertajuk Mendamaikan Syariah dan NKRI: Strategi Mobilisasi dan Retorika Gerakan Islam Revivalis di Indonesia tersebut membahas tentang pergerakan ideologi transnasional yang eksis di Indonesia dan Asia Tenggara. 

Dalam buku yang ditulis Fahlesa Munabari, staf pengajar hubungan internasional Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta ini, terungkap fakta menarik yaitu untuk level di Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya, Hizbut Tahrir, menjadi pelopor transformasi strategi aksi massa, mobilisasi, dan framing gerakan Islam lain seperti Front Pembela Islam (FPI). 

Baca Juga

“HT juga memelopori berdirinya FUI atau Forum Umat Islam. Bahkan, HT Indonesia juga yang memelopori berdirinya HT di negara tetangga Malaysia,” kata Fahlesa, dalam keterangannya kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (2/10). 

Dia menyebutkan, untuk konteks Indonesia, sebelum HTI ini dibubarkan, organisasi inilah yang menjadi motor penggerak aksi-aksi massa aspirasi penegakan syariah dan khilafah di Indonesia. FPI dulu tidak mengenal demonstrasi isu penegakan syariah. “Tapi semenjak adanya FUI pada 2005, di bawah pegaruh Muhammad al-Khaththath, FPI menjadi lebih ideologis,” papar Fahlesa. 

Dia menyebutkan, organisasi ini kemudian memisahkan diri dari FUI 2008 karena insiden bentrok di Monas. Meskipun mantan ketuanya, M  Al-Khaththat, tetap di FUI yang terus memobilisasi massa untuk rangkaian aksi-aksi hingga aksi bela Islam belakangan ini.

photo
Suasana peluncuran buku Mendamaikan Syariah dan NKRI: Strategi Mobilisasi dan Retorika Gerakan Islam Revivalis di Indonesia di kampus Universitas Budi Luhur, Jakarta, Rabu (2/10). Dok istimewa

“Argumentasi saya,” kata Fahlesa, “HT di Indonesia telah mewariskan tradisi dan kultur aksi yang kuat melalui tokoh-tokoh dan mantan tokohnya, dan berperan penting dalam transformasi ideologi gerakan Islam lainnya,” ujar dia. 

Buku menjadi bagian kajian transnasional yang memiliki persentuhan isu dengan kajian dalam bidang studi hubungan Internasional. Jika menggunakan analisis aktor, jelas sekali terlihat bahwa HT dan HTI merupakan bagian aktor transnasional. 

Dia menyebut, Dalam konteks gerakan sosial, HTI merupakan satu-satunya di Indonesia yang memiliki jaringan internasional yang kuat, mendapat instruksi rutin dan juga pendanaan dari Timur Tengah.

Menurut dia, fenomena ini menjadi lebih unik tatkala HT mengambil posisi non-kekerasan dalam setiap aksinya. Meskipun isu yang digaungkan adalah isu pendirian sistem Khilafah yang merupakan anti-tesis dari nation-state. 

“Tradisi, aktor-aktor, dan sepak terjang HTI inilah yang berperan besar dalam meradikalisasi ideologi gerakan Islam revivalis lain di Indonesia, terutama FPI,” kata dia.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement