Kamis 03 Oct 2019 05:06 WIB

Ummu Sinan Al Aslamiyah Berjuang Tegakkan Islam

Selama di medan perang, ia memberi minum sekaligus mengobati prajurit yang terluka.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW tak perlu diragukan lagi. Ia bahkan rela berkorban nyawa demi menegakkan Islam di muka bumi. Pejuang itu bernama Ummu Sinan Al Aslamiyah. Dirinya berasal dari salah satu kabilah yang sangat dicintai Rasulullah, yaitu Aslam.

Dalam kesehariannya, Ummu Sinan senantiasa mematuhi segala perintah Allah dan Rasul- Nya. Bagi dia, memperjuangkan agama Allah termasuk kewajiban setiap Muslim.

Meski bertempur di medan perang merupakan kewajiban pa ra pria, Ummu Sinan ingin turut berpartisipasi. Saat Rasulullah bersama kaum Muslimin hendak berangkat ke Khaibar, Ummu Sinan mendatangi sekaligus memo hon izin kepada Baginda Nabi agar bisa ikut berjihad. "Wahai Rasulullah, aku akan berangkat bersamamu menghadapi musuh. Aku bisa memberi minum orang yang kehausan serta mengobati orang-orang sakit dan terluka," kata dia.

Rasulullah SAW pun mengizinkannya. "Berangkatlah enkau dengan berkah dari Allah. Kau memiliki para sahabat yang telah berbaiat kepadaku dan aku mengizinkan mereka semuanya, dari kaummu dan dari luar kaummu. Jika kau suka, maka tetaplah bersama kaummu. Jika kau suka, maka bersamalah de ngan kami."

"Aku akan bersama rombonganmu," jawab Ummu Sinan. Nabi Muhammad SAW lalu memintanya berangkat bersama Ummu Salamah. "Hendaklah kau berangkat bersama Ummu Sala mah, istriku," sabda Rasulullah.

Sang Muslimah kemudian berangkat bersama Ummu Salamah menuju medan perang Khai bar. Selama di sana, ia memberi minum sekaligus mengobati pra ju rit yang terluka. Tak hanya pan dai merawat orang, Ummu Sinan mahir pula dalam berperang dan menunggang kuda. Ber kat kontribusinya di medan jihad, ia sering mendapat harta rampasan perang.

"Ketika penaklukan Khaibar, Rasulullah mengucurkan sebagian harta rampasan perang. Be liau memberiku untaian kalung berwarna merah dan perhiasan dari perak yang didapat dari har ta rampasan perang. Beliau juga memberiku kain beledu dan seli mut dari Yaman, serta kuali dari kuningan," tutur Ummu Sinan.

Usai Perang tersebut, Ummu Sinan pulang bersama Ummu Salamah mengendarai unta milik Nabi. Saat akan memasuki Kota Ma di nah, Ummu Salamah berka ta kepada Ummu Sinan, "Unta yang kau tunggangi adalah milik mu, Rasulullah telah member ikannya kepadamu."

Selain Perang Khaibar, Um mu Sinan juga berperan dalam Perang Tabuk yang terjadi pada Rajab 9 Hijriyah. Kala itu, Ra sulullah menyeru kaum Muslimin untuk berjihad dan mengeluarkan sedekah demi membiayai peperangan. Berdatanganlah para laki-laki membawa sedekah yang sangat besar jumlahnya. Mereka berlomba-lomba bersedekah se mak simal mungkin.

Para wanita pun demikian. Mereka menyumbangkan apa pun yang mereka mampu, tak terkecuali Ummu Sinan. "Aku me nyak sikan kain terbentang di hadapan Rasulullah, di rumah Aisyah, Ummul Mukminin. Di atas kain tersebut terdapat gelang, gelang untuk bawah bahu, gelang kaki, anting-anting, cin cin. Dan para wanita pembantu dikirimkan untuk membantu prajurit mempersiapkan segala perlengkapannya," ujar Ummu Si nan.

Keutamaan Ummu Sinan lainnya, yakni ia dapat meriwayatkan sekaligus menghafal hadis dari Rasulullah. Beberapa orang, termasuk anak perempuannya, yaitu Tsabitah binti Hantalah Al Aslamiyah turut meriwayatkan hadis dari Ummu Sinan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement