Senin 30 Sep 2019 21:47 WIB

ACT Distribusikan 5 Ekor Sapi untuk Pengungsi Papua

Daging dari sapi ini akan cukup untuk makan pengungsi selama beberapa hari ke depan.

Rep: zahrotul octaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
Aksi Cepat Tanggap (ACT) Senin (30/9) membuka crisis center di kantor ACT Makassar.
Foto: act
Aksi Cepat Tanggap (ACT) Senin (30/9) membuka crisis center di kantor ACT Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyembelih lima ekor sapi untuk para pengungsi terdampak krisis kemanusiaan di Wamena, Provinsi Papua. Penyembelihan sapi dan distribusi daging-daging tersebut dilakukan pada Ahad (29/9) hingga Senin (30/9).

“Semenjak kemarin telah dilakukan pemotongan lima ekor sapi di tiga titik yang tersebar di Papua. Semuanya kita distribusikan di tiga titik pengungsian yang kita bantu di Papua,” kata Direktur Social Network Corporation (SNC) - ACT, Wahyu Novyan, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Senin (30/9).

Baca Juga

Ketiga titik tersebut di antaranya adalah Yonif 751 Sentani, Resimen Induk Kodam (Rindam) Jayapura, dan di Wamena, tepatnya di Kodim 1072 Jayawijaya. Wahyu mengatakan daging sapi ini akan cukup untuk makan pengungsi selama beberapa hari ke depan.

“Melihat kondisi sekarang, daging sapi ini kita perkirakan akan cukup selama tiga hari untuk masyarakat yang sedang berada di pengungsian. Jumlah pengungsi yang kita bantu di titik-titik ini ada sekitar ribuan orang,“ ucap Wahyu.

Selain mendistribusikan daging sapi, 2 ton beras juga diturunkan di Yonif 751 beserta minyak goreng dan natura. Sementara di Rindam Jayapura, 1 ton beras dan telur juga didistribusikan. Bahan-bahan ini yang nantinya akan diolah di Dapur Umum ACT.

Wahyu menyebut dapur umum ini ada di setiap titik di pengungsian. Satu dapur umum akan beroperasi sebanyak dua kali. Setiap harinya diperkirakan akan menghasilkan seribu porsi makanan untuk para pengungsi.

Diberitakan, pada Sabtu (28/9) lalu, sebanyak 5.500 pengungsi korban dari konflik sosial di Papua membutuhkan bantuan logistik. Wahyu menyebut jumlah tersebut bertambah.

Per-Senin ini (30/9), Wahyu memperkirakan jumlah tersebut meningkat hingga 7.000 orang dan mereka sangat membutuhkan bantuan, terutama masyarakat yang ada di Wamena.

“Paling mendesak itu ada di Wamena, karena di sana kan daerah konflik, otomatis warung-warung juga tutup di sana. Jadi benar-benar sulit. Kalau di Kota Jayapura kondisinya masih relatif aman,” ujar Wahyu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement