Senin 30 Sep 2019 18:54 WIB

Rumah Zakat Kirim Bantuan Pangan untuk Pengungsi Wamena

Pengungsi Wamena membutuhkan bantuan bahan makanan, pakaian dan obat-obatan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Dihadapan wartawan, CEO Rumah Zakat Nur Efendi (kanan) secara simbolis melepas relawan Aksi Kemanusiaan Rumah Zakat untuk Wamena, musibah kabut asap dan gempa Ambon, di Kantor Rumah Zakat, Jalan Turangga, Kota Bandung, Senin (30/9).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Dihadapan wartawan, CEO Rumah Zakat Nur Efendi (kanan) secara simbolis melepas relawan Aksi Kemanusiaan Rumah Zakat untuk Wamena, musibah kabut asap dan gempa Ambon, di Kantor Rumah Zakat, Jalan Turangga, Kota Bandung, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Zakat mengirimkan bantuan pangan dan sandang untuk pengungsi Wamena. Pengungsi korban tragedi kemanusiaan di Wamena, Papua, memerlukan bantuan bahan pangan, makanan dan pakaian bayi, obat-obatan, selimut, pakaian, serta hygiene kit.

Menurut Chief Executive Officer (CEO) Rumah Zakat, Nur Efendi, para pengungsi khususnya anak-anak, juga memerlukan pendampingan psikososial. "Persoalan lain yang terjadi di Wamena, adalah sulitnya akses transportasi," ujar Nur di acara Pelepasan Tim Relawan Rumah Zakat untuk Pengungsi Wamena, di Kantor Pusat Rumah Zakat, Bandung, Senin (30/9).

Baca Juga

Nur mengatakan, kebutuhan pangan yang paling mendesak di antaranya adalah lauk-pauk. Untuk makanan berat, seperti beras dan mie instant diperkirakan masih cukup untuk kebutuhan 4-5 hari ke depan.

Kebutuhan lainnya yang tak kalah mendesak, kata dia, berdasarkan informasi relawan Rumah Zakat adalah pakaian bayi dan pakaian dalam wanita. Hal itu dimungkinkan terjadi karena saat mengungsi umumnya warga Wamena hanya membawa baju yang menempel di badan.

"Harta benda mereka sudah terbakar. Saat ini pun kondisi di sana belum bisa dikatakan kondusif," katanya.

Berdasarkan laporan terakhir, kata dia, korban meninggal akibat tragedi kemanusiaan tersebut mencapai 33 orang dan 84 orang luka-luka. Jumlah pengungai mencapai 7.278 orang dan eksodus mencapai 2.589 orang.

"Banyak warga pendatang yang ingin eksodus, tapi terkendala akses transportasi yang minim. Mereka hanya mengandalkan penerbangan reguler dan pesawar Hercules," katanya.

Wamena, kata dia, bisa diakses sekitar satu jam melalui sarana transportasi udara. Akses lain adalah melalui jalur darat yang membutuhkan waktu sekitar 2-5 hari dan tidak direkomendasikan, mengingat situasi belum sepenuhnya kondusif.

"Otomatis satu-satunya akses yang bisa diandalkan hanya melalui udara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement