Senin 16 Sep 2019 18:00 WIB

Hakim Bin Hizam, 20 Tahun Baru Menerima Hidayah Islam

Hakim adalah sahabat yang dikenal Rasulullah sejak kecil.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Kakbah. Hakim bin Hizam adalah sahabat Rasulullah yang dilahirkan di dalam Kakbah.
Foto: STR/EPA-EFE
Kakbah. Hakim bin Hizam adalah sahabat Rasulullah yang dilahirkan di dalam Kakbah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sahabat satu ini memiliki masa kecil yang unik. Dia dilahirkan di dalam Ka'bah, rumah Allah yang disucikan, tidak seperti bayi pada umumnya yang dilahirkan di rumah. Dialah Hakim, sahabat yang sejak kecil dikenal Rasulullah namun baru mendapatkan hidayah setelah 20 tahun Rasulullah berdakwah.

Kelahiran Hakim bermula dari perjalanan sang ibu yang pergi bersama kelompoknya ke Ka'bah yang masih dipenuhi berhala. Mereka datang untuk pemujaan. Ketika menjalankan ritual jahiliyah tersebut, sang ibu mengalami kontraksi. Perutnya sakit. Dia kemudian masuk ke dalam Ka'bah beralaskan tikar. Di sanalah proses persalinan berlangsung.

Ayah bayi tersebut Hasyim merupakan anak laki-laki Khuwailid. Hakim merupakan keponakan Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah yang paling dicintainya.

Hakim kecil tumbuh di sebuah keluarga kaya dan terhormat. Keluarganya menyandang status terhormat, sehingga masyarakat Arab ketika itu menundukkan kepala dan segan kepada mereka.

Kecerdasan dan kesantunan menjadi ciri yang membedakannya dengan anak-anak lain seusianya. Dua ciri itu membuatnya dihormati oleh masyarakat setempat.

Hakim pernah mendapatkan tugas untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dan yang kehilangan harta benda selama ziarah ke al-Haram. Amanah itu dijalankannya dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Tak jarang bahkan di meng gunakan hartanya sendiri untuk membantu para peziarah al-Haram.

Hakim dikenal juga sebagai sahabat kecil Rasulullah. Meski usianya lima tahun lebih tua, dia selalu meluangkan waktu untuk bermain bersama Nabi. Persahabatan keduanya pun amat menyenangkan.

Rasulullah sangat menyayangi Hakim, karena keakraban yang mereka jalin sejak lama. Hubungan keduanya semakin erat ketika Nabi menikahi Khadijah.

Kisah mengejutkan adalah meski persahabatan keduanya terjalin sejak lama, Hakim tidak serta-merta meyakini ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Sikap masyarakat Makkah yang ketika itu lebih banyak menolak dakwah Rasulullah memengaruhi pendirian Hakim. Sehingga, dia lebih memilih suara mayoritas yang mempertahankan keyakinan lama menyembah berhala.

Dia baru mendapatkan hidayah setelah akhir-akhir hidup Rasulullah, tepatnya setelah Pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah). Lebih dari 20 tahun setelah Muhammad menjadi Nabi, dia baru mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Ilahi.

Banyak orang mengira sosok Hakim dengan akal sehat dan sahabat baik Rasulullah akan mendapatkan hidayah dan orang yang pertama memercayai Rasulullah. Namun, itu tidak terjadi.

Meskipun dia agak lama menerima Islam, pada akhirnya dia mendapat hidayah tersebut. Bahkan sepanjang hidupnya, dia selalu menangis karena lamban mengimani Islam.

Putranya pernah bertanya kepada Hakim mengapa menangis setelah menerima Islam. Baginya waktu 20 tahun terlalu lama untuk mendapatkan hidayah tersebut. Padahal, menurut Hakim, menerima Islam berarti akan memberinya banyak kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Hidupnya terhindar dari Pertempuran Badar dan juga Uhud. Setelah Uhud, dia mengaku tidak akan membantu masyarakat Quraish melawan Muhammad.

"Semoga damai dan rahmat Tuhan besertanya, dan saya tidak akan meninggalkan Makkah. Kemudian, setiap kali saya merasa ingin menerima Islam, saya akan melihat pria lain di antara orang Quraisy. orang-orang yang memiliki kekuatan dan kedewasaan yang tetap melekat pada gagasan dan praktik jahiliyah dan saya akan sejalan de ngan mereka," kata dia.

Hakim memeluk Islam sepenuh hati. Dia bersumpah pada dirinya akan menebus apa pun yang telah dia lakukan selama masa Jahiliahnya. Berapa pun jumlah nyawa yang telah dia habiskan untuk menentang Nabi, akan digantinya dengan menghabisi musuh Islam.

 

Nabi sempat berkata, mana mung kin pria yang santun dan pengertian seperti Hakim bersembunyi dari Islam. Untuk waktu yang lama, Nabi sangat berharap bahwa dia dan sekelompok orang seperti dia akan berinisiatif menjadi Muslim.

 

Pada malam sebelum Fathu Makkah, Rasulullah berkata kepada teman-temannya, ada empat orang di Makkah yang dianggap lebih penting berurusan dengan syirik. Rasulullah sangat berharap mereka akan memeluk Islam. "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" tanya teman-temannya.

 

"Attab bin Usaid, Zubair bin Mutim, Hakim bin Hasyim dan Suhail bin Amr," kata Nabi.

Dengan rahmat Tuhan, mereka semua menjadi Muslim. Ketika masuk ke Makkah untuk pembebasan Rasulullah memerintahkan penggembala untuk memberitakan, "Barang siapa menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang tidak memiliki pasangan dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dia akan aman.

Siapa pun yang duduk di Ka'bah dan meletakkan senjatanya, dia aman. Siapa pun yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia aman. Siapa pun yang masuk ke rumah Hakim bin Hasyim, dia akan aman.

Rumah Abu Sufyan berada di bagian paling atas di Makkah. Sedangkan rumah Hakim berada di bagian bawah kota. Dengan memproklamasikan rumah-rumah ini sebagai tempat-tempat perlindungan, Nabi dengan bijaksana memberikan pengakuan kepada Abu Sufyan dan Hakim. Hal itu mempermudah misi Rasulullah untuk mengislamkan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement