Jumat 13 Sep 2019 13:00 WIB

Menyempurnakan Shalat

Kesempurnaan shalat diawali dengan menyempurnakan wudlu

Shalat
Shalat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dari Al Hasan, Rasulullah bersabda, ''Maukah kamu aku beri tahu tentang seburuk-buruknya pencuri?'' Para sahabat bertanya, ''Siapakah dia, wahai Rasulullah?'' Nabi menjawab, ''Orang yang mencuri dari shalatnya.'' Sahabat bertanya, ''Bagaimana seseorang mencuri dari shalatnya?'' Beliau bersabda, ''Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.''

Dalam kisah lain, Rasulullah pernah menyuruh orang yang telah melakukan shalat untuk mengulangi shalatnya hingga tiga kali. Penyebabnya, ketika shalat, orang tersebut belum menyempurnakan wudlunya, takbirnya, berdirinya, bacaannya, rukuknya, sujudnya, dan thuma'ninah-nya. Beliau menjelaskan cara yang benar dalam melakukannya sebanyak empat kali hingga selesai. Lalu, Rasul bersabda, ''Shalatnya seseorang di antara kamu tidak akan sempurna sebelum mengerjakan yang demikian itu.''

Melakukan shalat saja tidaklah cukup, tetapi harus mencapai taraf kesempurnaan. Obsesi kesempurnaan bukanlah pemaksaan, tetapi agar jiwa shalat terserap dan tertanam untuk membentuk karakter terpuji dan menghasilkan kemaslahatan, keberkahan, serta perbaikan diri.

Kesempurnaan shalat diawali dengan menyempurnakan wudlu dan menyempurnakan semua rangkaian gerakan dalam shalat. Gerakannya begitu ringan dan mudah. Akan tetapi, bila gerakannya tidak disesuaikan dengan contoh dan petunjuk Rasulullah, gerakan tersebut hanya menjadi gerakan tak beraturan tanpa makna. 

Setiap gerakan memiliki jiwa, peran, dan makna tersendiri yang akan memantulkan kekuatan positif dan konstruktif. Ia merupakan sebuah irama kesatuan yang saling menopang dan menyempurnakan gerakan berikutnya. 

Wudlu bermakna membersihkan karakter buruk dan dosa. Menghadap kiblat, menghadapkan jiwa sepenuh hati dengan khusyuk dan merendahkan diri. Takbiratul ihram, membesarkan Zat Allah. Membaca surah dengan menghayati dan berkeinginan untuk mengamalkannya. Rukuk dan sujud, bentuk perwujudan ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan diri total kepada Zat Yang Mahaagung.

Bila gerakan raga dan jiwa shalatnya sudah terbiasa, terpola, dan seirama dengan yang dicontohkan Rasulullah, manusia akan terbiasa pula mengikuti gerakan dan pola hidup yang dicontohkan Rasulullah. Kepatuhan di luar shalat berbanding lurus dengan kepatuhannya di dalam shalat. 

 

sumber : Hikmah Republika/Nasruloj
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement