REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Agung Paris adalah destinasi wajib di setiap tur budaya yang ditawarkan Arab World Institute, sebuah lembaga yang terbentuk atas kemitraan budaya Perancis dan 22 negara Arab.
Mereka aktif mengadakan tur ke situs-situs bersejarah Arab di Latin Quarter, dengan tujuan untuk mendidik masyarakat tentang perjalanan historis masyarakat Arab di Perancis.
"Sekarang misi kami adalah membantu warga negara Prancis generasi pertama dan kedua untuk menemukan dan memahami akar bahasa dan peradaban kakek-nenek mereka," jelas Mona Khazindar, Direktur jenderal Arab World Institute, dikutip dari Aramcoworld, Selasa (10/9).
Masjid Agung Paris terletak di Arisdisemen Ve, dan didirikan setelah Perang Dunia I sebagai tanda terima kasih Prancis kepada serdadu Muslim yang saat itu turut membantu melawan Jerman.
Masjid yang diresmikan Presiden Gaston Doumergue pada 1926 ini memiliki gaya mudejar khas Muslim Spanyol Abad Pertengahan. Saat ini Masjid Agung Paris bukan hanya dijadikan sebagai pusat ibadah bagi lebih dari empat juta jiwa umat Muslim di Prancis, melainkan juga sebagai pusat Islam di Eropa.
"Ketika mereka membangun masjid, mereka mengambil unsur-unsur dari seluruh dunia Arab untuk membuat masjid yang ideal. Satu-satunya masjid dengan menara di Paris, tetapi tidak azan. Itu tidak mungkin dilakukan di Latin Quarter," tulis Nancy Beth Jackson, Jurnalis Aramcoworld.
Pada era Perang Dunia II, ketika Nazi menguasai Prancis, masjid ini berfungsi sebagai tempat berlindung warga Muslim di Prancis, begitu juga warga pribumi. Bahkan Masjid Agung ini memberikan akta lahir Muslim palsu untuk anak-anak Yahudi agar bisa menyeberang ke negara-negara Arab yang aman, dan selamat dari kejaran Nazi.
Meski Paris tidak memiliki "daerah Arab", tetapi lingkungan toko-toko kecil beberapa blok di utara Gare du Nord dapat membawa kekhasan Pasar Afrika Utara, terutama setiap Sabtu.
Di sini Anda dapat menelusuri kain berkilauan, kaftan dalam warna-warna cerah atau nuansa muram dan jilbab berwarna-warni. Ditambah toko-toko makanan yang berjejer sepanjang jalan, menyediakan rempah-rempah eksotis dan pasta cabai harisa, dengan jaminan kehalalan untuk seluruh masakannya.
Pasar yang tak kalah unik adalah Pasar Barbès dan Belleville, dimana pedagangnya berteriak dalam bahasa Arab untuk menawarkan dagangan. Pasar Barbès berada di bawah Metro yang ditinggikan di sepanjang Boulevard de la Chapelle, dan hanya ada setiap Rabu dan Sabtu pagi.
Sedangkan Pasar Belleville membentang sepanjang Boulevard Belleville setiap Selasa dan Jumat. Kedua pasar ini selalu menjadi destinasi utama orang Asia dan Afrika Utara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Di sisi utara boulevard terdapat bank-bank Tunisia, kafe-kafe Arab dan Carrefour de l'Orient, yang menjual perabotan dari Afrika Utara.