REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kemarau yang panjang juga pernah dihadapi Khalifah Umar bin Khattab. Tahun Abu (Amar Ramadah) menjadi sebutan ketika musim paceklik tiba.
Hujan sama sekali tak mengguyur Semenanjung Arab selama sembilan bulan. Segala usaha pertanian dan peternakan hancur total. Hewan ternak kurus kering. Unta dan domba tak mampu menghasilkan susu.
Warga Arab Badui di pedalaman — yang tidak memiliki persediaan makanan — berbondong-bondong ke Madinah. Mereka meminta pertolongan khalifah. Melihat kondisi kaum Muslimin yang begitu memprihatinkan, Umar bersumpah tak akan makan daging dan samin sampai semua kembali seperti sedia kala. Dia memegang teguh sumpahnya hingga paceklik berakhir.
Dia lantas mengirim surat kepada Abu Musa al-Asy'ari di Bashrah dan Amr bin Ash di Mesir. Kedua gubernur itu mengirimkan bantuan yang besar lewat laut melalui Madinah.
Abu Ubaddah juga mengirim bantuan berupa 4.000 hewan tunggangan yang dipenuhi dengan makanan. Dengan cepat, Umar mendistribusikan semua bantuan yang diterima kepada kaum Muslimin.
Umar juga melakukan shalat Istisqa untuk meminta hujan. Imam at- Thabarani meriwayatkan, Umar Radhiyallahu 'anhu keluar untuk melaksanakan doa minta hujan. Dia keluar bersama al-Abbâs Ra dhiyallahu 'anhu, paman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan memintanya berdoa minta turun hujan.
Umar Radhiyallahu 'anhu berkata: "Ya Allah Azza wa Jalla sesungguhnya apabila kami ditimpa kekeringan sewaktu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, maka kami meminta kepada-Mu melalui Nabi kami; dan sekarang kami meminta kepada-Mu melalui paman Nabi kami Shallallahu 'alaihi wa sallam."
Kepemimpinan, kecerdasan sekaligus empati — atas petunjuk Allah SWT — yang ditunjukkan Nabi Yusuf AS dan Umar Ra membawa rakyatnya keluar dari mala petaka. Keteladanan mereka patut untuk ditiru para pe mimpin di negeri yang sedang meng hadapi ujian kemarau panjang ini. Kebijakan yang bisa menjadi oase bagi umat. wallahualam.