REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Setiap orang ingin hidup beruntung atau bahagia. Alquran menyebutnya falah atau al falah.
“Al falah adalah keberuntungan atau kebahagian yang hakiki, baik material dan spiritual,” kata Guru Besar IPB Bogor dan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (6/9).
Namun, ia menambahkan, al falah itu hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang beriman. “Al falah ini mutlak untuk orang-orang yang beriman. Bahkan, tidak semata-mata orang beriman, tetapi yang Allah katagorikan tertentu,” ujar Kiai Didin dalam rilis SBBI yang diterima Republika.co.id.
Ia mengupas Alquran Surat Al-Mu’minun ayat 1-11. “Surat tersebut menggambarkan indikator-indikator orang yang mukmin yang hidupnya beruntung atau bahagia," tuturnya.
Indikator pertama, orang-orang yang beruntung adalah mereka yang rajin beramal saleh, serta shalatnya khusyu hanya kepada Allah, dan menghadirkan Allah dalam dirinya. Shalat selalu di awal waktu. Karena ini adalah dapat menghadirkan Allah dalam diri kita. "Kalau mendengar azan, kita harus cepat mendirikan shalat,” kata Ketua Program Pasca Sarjana UIKA Bogor.
Indikator kedua, menghindari dari perbuatan yang tidak bermanfaat. Tidak ngobrol yang tidak bermanfaat. “Pada zaman keemasan Islam, peradaban Islam dan kaum Muslimin mencapai puncak tertinggi, karena kaum Muslimin sangat menghargai waktu. Orang-orang yang seperti ini (menghargai waktu), akan meraih kehidupan yang bahagia,” paparnya.
Indikator ketiga, tangannya selalu ringan untuk memberi. “Orang-orang yang selalu berzakat dan infak, daik dalam keadaan lapang maupun sempit, niscaya hidupnya akan bahagia,” tuturnya.
Hal ini pun disitir oleh Allah di dalam Alquran Surat Fathir. “Intinya ada tiga hal yang bisa membuat orang hidupnya selalu bahagia. Yakni, selalu membaca Alquran, menegakkan shalat, dan berinfak pada saat ada atau tidak ada orang yang mengetahuinya. Dengan kata lain, ikhlas semata-mata karena Allah,” ujarnya.
Indikator keempat, orang yang selalu menjaga kehormatannya. “Di mana pun berada, kita harus selalu menjaga kesucian dan kehormatan diri kita,” tuturnya.
Indikator kelima, kata Kiai Didin, orang-orang yang selalu menjaga amanah. “Islam menegaskan, tidak ada agama bagi orang yang tidak amanah terhadap janji- janjinya,” ujarnya.