Jumat 30 Aug 2019 10:45 WIB

Universitas Al-Mustansiriyah, Cahaya Peradaban dari Baghdad

Universitas Al-Mustansiriyah dibangun Khalifah Al-Muntansir Billah (1226 M - 1242 M)

Madrasah Mustanshriyah Baghdad peninggalan Dinasti Abbasiyah
Foto: davidmus.dk
Madrasah Mustanshriyah Baghdad peninggalan Dinasti Abbasiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Al-Mustansiriyah. Nama universitas tertua yang berdiri di kota Baghdad, Irak ini memang tak setenar Al-Azhar di Kairo, Mesir atau Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Meski begitu, perguruan tinggi yang dibangun Khalifah Al-Muntansir Billah (1226 M - 1242 M) --penguasa Abbasiyah ke-37 -- pada 5 Mei 1234 M ini turut memainkan peranan penting dalam sejarah peradaban Islam.

Perguruan tinggi yang namanya masih tetap dijadikan universitas di era modern itu tercatat sebagai universitas pertama yang secara konsen mengajarkan ilmu Alquran, seni berpidato, serta matematika. Universitas Al-Mustansiriyah pun mencatatkan dirinya sebagai perguruan tinggi perintis di Baghdad yang mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat.

Pada awalnya, madrasah-madrasah di Metropolis Intelektual Islam - begitu Baghdad kerap dijuluki -- mengajarkan ilmu tertentu secara khusus. Namun, Khalifah Al-Mustansir Billah menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu antara lain; ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.

Universitas yang dibangun pada 1227 M dan diresmikan tahun 1234 M itu diyakini sebagai salah satu universitas tertua dalam sejarah. Pamor dan popularitas universitas ini mampu membetot perhatian para pelajar dari seluruh dunia untuk menimba ilmu di kota Baghdad. Para pelajar berbondong-bondong datang ke Mustansiriyah untuk mempelajari beragam ilmu unggulan yang ditawarkan di sana.

Al-Mustansiriyah pun menjadi perguruan tinggi yang mengajarkan dan menyatukan empat madhab fikih Sunni yakni, Hambali, Syafi'i, Maliki dan Hanafi. Setiap madhab menempati pojok madrasah - istilah perguruan tinggi di era kekhalifahan. Inilah salah satu kelebihan dari Universitas Al-Mustansiriyah.

Guna menunjang aktivitas perkuliahan, Khalifah Al-Mustansir Billah mendirikan sebuah perpustakaan yang luar biasa besarnya. Penjelajah Muslim terkemuka kelahiran Tangier, Maroko bernama Ibnu Batutta dalam catatan perjalanannya berjudul Ar-Rihla mengungkapkan betapa besarnya perpustakaan kampus Universitas Al-Mustansiriyah.

Menurut Ibnu Batutta, perpustakaan ini mendapatkan sumbangan buku-buku langka yang diangkut oleh 150 unta. Dari kekhalifahan saja, pada abad ke-13 M perpustakaan ini mendapatkan sumbangan 80 ribu buku. Perpustakaan ini terbilang unik, karena di dalamnya terdapat rumah sakit.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement