Kamis 29 Aug 2019 12:00 WIB

Kisah Kiai Romli Mendirikan Pesantren Balerante

Sepeninggalnya Kiai Romli, pesantren Balerante kemudian diteruskan oleh putranya

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Pondok Pesantren Al Jauhariyah Balerante Cirebon.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Pondok Pesantren Al Jauhariyah Balerante Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Akhir abad ke-18, KH. Romli memutuskan untuk keluar dari lingkungan keraton. Itu karena Kiai Romli tak setuju adanya pembesar keraton yang menjalin kedekatan dengan Belanda. Ulama berdarah biru yang masih memiliki nasab ke Sunan Gunung Jati itu akhirnya memilih hidup sebagai orang biasa di luar keraton.

“Beliau dari kesultanan kasepuhan. Beliau tak setuju saudaranya ikut Belanda, akhirnya beliau keluar,” kata KH Muhammad Faqih pimpinan Pondok Pesantren Al Jauhariyah Balerante Cirebon saat berbincang dengan Republika,co.id pada (28/8).

Keraton Kasepuhan lantas mewakafkan tanah di Balerante. Di tanah wakaf itulah, pada 1779 Kiai Romli mulai mendirikan pemondokan bagi santri-santrinya yang datang dari jauh untuk mengaji padanya. Kiai Romli bukan saja dikenal sebagai ulama yang wara’, lebih dari itu ia merupakan ulama besar Cirebon yang terjun langsung dalam setiap peperangan melawan penjajah diantaranya yakni perang kedondong yang berlangsung di awal abad ke-19.

“Kiai Romli itu yang memperjuangkan perang kedondong,” katanya.

Sepeninggalnya Kiai Romli, pesantren Balerante  kemudian diteruskan oleh putranya yakni KH Abdul Majid hingga 1897. Pesantren itu kemudian dilanjutkan oleh generasi ketiga dari Kiai Romli yakni KH Jauhar Arifin.

Dibawah pimpinan Kiai Jauhar Arifin, pesantren Balerante semakin berkembang pesat. Bahkan saat itu pesantren Balerante menjadi satu-satunya pesantren yang memiliki bangunan permanen mulai dari masjid, penginapan santri hingga tempat tinggal Kiai. Sementara pesantren-pesantren lain yang berada di wilayah Cirebon bangunannya masih berupa rumah panggung.

Saat KH Jauhar Arifin memimpin, pesantren Balerante pun diberi nama pesantren Al Jauhariyah. Kiai Jauhar lahir sekitar 1871 dan wafat pada 1941. Sepeninggalnya Kiai Jauhar, pesantren itu dipimpin oleh putranya yakni KH Ridhwan Jauhar hingga 1975. Setelah itu pesantren dipimpin putra kedua Kiai Jauhar atau adik Kiai Ridhwan Jauhar yakni KH Amin Jauhar hingga 1982.

Pesantren kemudian dipimpin oleh  adik dari Kiai Amin yakni KH Faqih Jauhar hingga 2001. Saat ini pesantren dipimpin putra Kiai Faqih Jauhar yakni KH Muhammad Faqih Jauhar. Saat ini di Balarante terdapat beberapa pesantren yang dipimpin oleh keturunan-keturunan KH Jauhar, diantaranya selain pesantren Al Jauhariyah yakni pesantren Uswatun Hasanah, Al Jaddid, Al Amin, Al Masrifah, serta Darussalamah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement