Selasa 27 Aug 2019 22:12 WIB

Kiai Ja'far Amier Pendiri Ponpes Wasiatul Ulama

KH Ja’far Amier terpanggil untuk menghidupkan kembali perkampungan Grenjeng

Rep: Antara/ Red: Agung Sasongko
Santri
Santri

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON --- KH Ja’far Amier terpanggil untuk menghidupkan kembali perkampungan Grenjeng di Kelurahan Harjamukti, Cirebon. Kampung itu dulunya ramai dengan aktifitas keagamaan, terlebih di lokasi itu terdapat mushola dan pesantren yang didirikan KH Lazimuttaqwa seorang ulama besar di Cirebon pada abad ke-19. Namun setelah wafatnya KH Lazimuttaqwa, aktivitas keagamaan di perkampungan itu pun perlahan mengalami penurunan.

“Beliau terpanggil syiar Islam di sini agar bangkit kembali. Karena dulu di sini padam. Mushola pun ngga ada yang ngurus,” kata KH Ahmad Fauzan pengasuh pesantren Wasiatul Ulama Grenjeng Cirebon saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (27/8).

Baca Juga

KH Ja’far Amier adalah putra Raden Amier bin Raden Mudjati. Ia juga merupakan cicit dari KH Lazimuttaqwa yang masih memiliki silsilah hingga Sunan Gunung Jati. Kiai Ja’far yang awalnya mengajar santri-santrinya di Kedung Jumbleng memutuskan untuk pindah ke kampung Grenjeng lantaran kampung yang dulunya ramai dengan aktifitas santri telah meredup.

Mulanya, Kiai Ja’far yang juga menganut Tarekat Qadariyah Syattariyah mengawali dakwahnya dengan membuka sebuah majelis manakib pada sekitar 1986. Majelis itu pun semakin hari kian ramai diikuti masyarakat sekitar. Pada tahun yang sama, Kiai Ja’far pun mulai memperbaiki mushola yang sudah tak terawat yang dibuat KH Lazimuttaqwa. Baru pada tahun 1990, ia mendirikan Pondok Pesantren Wasiatul Ulama.

“Dulu itu hanya rumah dan majelis saja, nama masjid dulu masih Lazimuttaqwa mengambil nama buyut. Lalu setelah ada pesantren karena beliau menjalankan amanat ulama beliau menamai Wasiatul Ulama,” kata Kiai Fauzan yang juga putra Kiai Ja’far.

Menurut Kiai Fauzan, ayahnya itu berasal dari Kedung Jumbleng. Kiai Ja’far lahir pada 1928. Sejak kecil, Kiai Ja’far telah digembleng pendidikan agama dari ayahnya yakni Raden Amir dan kakeknya yakni Raden Mudjati di Pesantren Ciwaringin. Kiai Ja’far juga menimba ilmu di Pesantren Kempek dan Benda Kerep.

Semasa hidupnya Kiai Ja'far dikenal sebagai ulama tasawuf. Kiai Ja'far kerap mengajarkan santri-santri untuk senantiasa membersihkan diri dengan berzikir agar lebih dekat pada Allah SWT. Kiai Ja'far juga turut berjuang melawan kolonial Belanda. Ia turun ke Medan pertempuran di Subang, Jawa Barat. Ia juga menjadi motor penggerak umat muslim di Cirebon untuk merebut kemerdekaan.

Dibawah kepemimpinan Kiai Ja'far, pesantren Wasiatul Ulama terutama perkampungan Grenjeng bangkit kembali. Kini terdapat 150 santri yang menimba ilmu di pondok itu. Tak hanya itu, sepekan sekali pesantren juga rutin menggelar manakib yang diikuti masyarakat luas. Namun, pada 2012 Kiai Ja'far wafat. Kini pesantren pun dipimpin  putranya yakni KH Ahmad Fauzi dan KH Ahmad Fauzan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement