Selasa 27 Aug 2019 18:18 WIB

Situs Plangon dan Dakwah Dua Ulama Bersaudara di Cirebon

Untuk menuju situs Plangon, peziarah harus menaiki ratusan anak tangga.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Gerbang Depan Situs Plangon di Sumber, Cirebon.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Gerbang Depan Situs Plangon di Sumber, Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON -- Situs Plangon menyimpan secuil kisah tentang dua ulama bersaudara di Cirebon yang memilih beruzlah hingga akhir hayatnya. Di situs yang terdapat di Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon inilah terdapat dua makam tua yakni makam Syekh Abdurakhman atau disebut juga pangeran Panjunan dan Syekh Abdurakhim atau pangeran Kejaksan.

Menurut beberapa literatur, keduanya merupakan keturunan Syekh Nurjati atau Syekh Datuk Kahfi. Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan juga memiliki saudara lainnya yakni Fatimah atau Syarifah Baghdad dan Syekh Datuk Khafid.

“Syekh Syarif Abdurakhman, Syekh Syarif Abdurakhim, Ratu Ayu Baghdad, Syekh Datuk Kahfi datang ke Cirebon, setelah itu bertemu dengan Mbah Kuwu Sangkan (Pangeran Cakrabuwana),” kata  juru pelihara situs Plangon Hasanuddin saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (27/8).

Menurut Hasanuddin, setelah sekian lama mensyiarkan Islam di tengah-tengah masyarakat Cirebon, dua ulama tersebut memilih beruzlah di sebuah bukit yang sepi dan jauh dari pemukiman warga dan keramaian kota. Sebab itu pula dulunya situs Plangon dinamai Tegal Klalengan yang berarti bukit untuk menenangkan diri.

“Beliau berdua itu, ulama, mubaligh, waliyullah. Yang menyebarkan Islam. Pada akhir hayatnya beliau berdua di sini,” tutur Hasanuddin.

Meski begitu Pangeran Panjunan dan Pageran Kejaksan mendapat rintangan saat hendak beruzlah di Tegal Klangenan. Konon dalam perjalanannya ke Tegal Plangenan, keduanya dihadang penjaga Tegal Pelangenan yakni Pangeran Arya Meneng, Pangeran Plangon dan Pangeran Brata Wira Upas.

Namun ketiganya dapat ditaklukan oleh Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Di Tegal Klalengan inilah, menurut Hasanuddin keduanya banyak melatih kebatinannya. Keberadaannya di Tegal Klangenan pun membuat sejumlah warga berbondong-bondong datang untuk menimba ilmu agama dari keduanya. Kedua ulama itu pun wafat pada tahun yang sama yakni 1572 Masehi.

“Pangeran Panjunan meninggal 1 Syawal, pangeran Kejaksan meninggal 27 Rajab. Tahunya sama, makanya tiap bulan Syawal dan Rajab banyak peziarah datang ke sini,” katanya.

Untuk menuju situs Plangon, peziarah harus menaiki ratusan anak tangga. Situs ini juga ditumbuhi banyak pepohonan sehingga membuat sejuk lingkungannya. Selama dalam perjalanan dari gerbang utama hingga area situs Plangon, peziarah dapat melihat kawanan kera yang menghuni area situs Plangon. Andrian Saputra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement