REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benteng ini dipugar oleh Departemen Purbakala dan Museum selama pertengah an 1980-an. Kemudian, dikembalikan lagi oleh Otoritas Kebudayaan &Warisan Abu Dhabi pada 2007-2008.
Beberapa ruang ditambahkan, seperti kantor pengunjung, toko cendera mata, kafe, dan lapangan yang lebih luas untuk pameran dan kegiatan budaya. Benteng ini direncanakan akan direhabilitasi lagi untuk pariwisata dan kegiatan social.
Antara 2006 dan 2008 benteng yang terletak di al-Ain ini mengalami renovasi penting yang mengembalikannya dari keadaan ditinggalkannya selama beberapa decade. Kemudian, mengubahnya menjadi museum permanen sebagai penghormatan bagi penjelajah, penulis, dan fotografer Wilfred Thesiger. Penulis perjalanan itu telah menjadi teman pribadi Syekh Zayed bin Sultan al-Nahyan, dan mengunjungi benteng tersebut beberapa kali.
Selain meningkatkan penampilan keseluruhan bangunan, perbaikan juga meningkatkan iklim alami bangunan dengan pipa air dingin yang mampu mempertahankan suhu internal sekitar 22 derajat bahkan pada bulan-bulan musim panas. Pada tahun 2010, benteng al-Jahili menerima Penghargaan Arsitektur Internasional dari Museum Arsitektur dan Desain Chicago Athenaeum, dan Pusat Eropa untuk Desain Seni Arsitektur dan Studi Urban.
Bagi semua orang yang ingin mejelajah sejarah dan tradisi lokal UEA, Benteng al-Jahili dapat dijadikan sebagai kunjungan wajib. Pengunjung tidak hanya akan mengetahui masa lalu wilayah itu melalui koleksi gambar dan benda, tetapi juga akan memahami bagaimana kehidupan bagi mereka yang tinggal di oasis dan cara hidup Badui.