Rabu 21 Aug 2019 17:43 WIB

ACT Siap Distribusikan 2, 1 Juta Liter Air Hadapi Kemarau

ACT telah memproses kurang lebih 1.400 sumur wakaf di seluruh Indonesia.

ACT membantu mendistribusikan air bersih ke berbagai wilayah.
Foto: Act
ACT membantu mendistribusikan air bersih ke berbagai wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Director Social Distribution Program (SDP) Aksi Cepat Tanggap (ACT), Wahyu Novyan, mengemukakan 2,1 juta liter air bersih setiap harinya akan didistribusikan ACT melalui 28 cabang kantor ACT seluruh Indonesia sebagai respons menghadapi musim kemarau saat ini.

"Hal ini yang perlu dijadikan perhatian utama merespons kondisi kekeringan maka air bersih akan kami distribusikan dengan target 500 ribu penerima manfaat per hari,” ungkapnya melalui keterangan resminya yang diterima di Makassar, Rabu (21/8).

Baca Juga

Empat bulan terakhir ini, ACT telah memproses kurang lebih 1.400 sumur wakaf di seluruh Indonesia. Tahap awal penanganan kekeringan, ACT akan memasok kebutuhan air bersih sebanyak 2,1 juta liter per hari melalui mobil tangki air dengan total 60 juta liter per bulan.

Menurut Wahyu, kekeringan bukan bencana yang bisa secara langsung berdampak pada kematian, namun kekeringan merupakan bencana yang sangat laten.

Kata dia, kekeringan bukan bencana rapid on set namun slow on set. Slow on set ini memiliki dampak mematikan, dengan kondisi air bersih di dunia sekarang hanya sebesar tiga persen. Hal ini tentu akan berdampak pada generasi mendatang hingga lost generation.

"Dengan bahaya laten kekeringan ini kami mengajak partisipasi masyarakat untuk benar-benar peduli dengan bencana yang dampaknya tidak hanya terjadi saat ini, namun hingga ke generasi berikutnya,” kata Wahyu.

Sementara itu Senior Manager Global Medic Action ACT, dr Rizal Alimin menyampaikan bencana kekeringan yang menimpa hampir di seluruh daerah Indonesia dipastikan memberi dampak terhadap kesehatan masyarakat. Pada musim kemarau akan terdapat banyak kemungkinan peningkatan penyebaran hepatitis A, tifus, malaria hingga demam berdarah, dan penyakit lainnya.

Meskipun, kata dia, semua ini akan dipengaruhi tingkat keparahan kekeringan di daerah tersebut dan ketahanan fisik warganya. Selain itu, secara jangka panjang pengaruh buruk kekeringan panjang akan berdampak peningkatan kekerdilan (stunting) bagi anak-anak.

"Hal itu karena dengan bencana kekeringan ekstrim ini akan mempengaruhi pola makan, pola asuh hingga sanitasi pada warga yang terdampak,” ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement