REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan penuh perjuangan oleh para pahlawan bangsa. Hal ini mesti terus terpatri dalam benak kolektif bangsa Indonesia. Demikian disampaikan cendekiawan Muslim, Prof Didin Hafidhuddin.
Menurut dia, peringatan kemerdekaan Indonesia harus disadari semua pihak sebagai momen untuk terus menghargai jasa-jasa para pahlawan, termasuk para syuhada. Selain itu, yang terutama ialah rasa syukur agar terus dipanjatkan ke hadirat Allah SWT. Sebab, kemerdekaan Indonesia ialah berkat rahmat dan pertolongan dari-Nya.
"Hal ini secara eksplisit ditulis dalam alinea ketiga mukaddimah Undang-Undang Dasar 1945. Implikasi dari hal ini, kita sebagai rakyat Indonesia adalah rakyat yang religius, bukan rakyat yang tidak beragama," kata Prof Didin Hafidhuddin kepada Republika.co.id, Kamis (15/8).
Karena itu, Didin juga menambahkan, semua elemen bangsa wajib mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan sebagai perwujudan atas nikmat Allah SWT. "Ini sebagai perwujudan syukur kepada-Nya," tutur dia.
Lebih lanjut, Didin berharap seluruh elemen bangsa terus meningkatkan etos kerja. Hal ini penting dalam upaya membangun Indonesia, sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing secara amanah dan bertanggung jawab. Imbauan demikian ditujukan khususnya kepada para pejabat negara agar mereka selalu amanah dalam menjalankan tugas.
"Apalagi pemimpin, para elite negara, para penguasa, harus mengisi kemerdakaan dengan penuh tanggung jawab sekaligus berlomba memberikan contoh yang baik bagi masyarakat luas," ungkap dia.
Terpisah, dalam menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia, MUI mengajak seluruh pihak untuk sama-sama bersyukur. Sebab, cukup banyak kemajuan yang telah dicapai selama 74 tahun Indonesia merdeka.
Namun, seluruh elemen bangsa hendaknya tidak menutup mata terhadap tantangan zaman. Sikap mawas diri mesti tetap terjaga.
"Karena, (jika) salah-salah dalam mengelola bangsa dan negara ini, maka tidak mustahil bangsa dan negara ini akan porak-poranda. Untuk itu, kita harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan di antara warga bangsa," ujar Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas kepada Republika.co.id, Kamis (15/8).