Rabu 14 Aug 2019 18:00 WIB

Peran Penting Masjid Raya Pekanbaru

'Masjid memberi ruang yang luas bagi masyarakat untuk menjaga warisan budayanya

Alquran besar di Masjid Raya Pekanbaru, Riau.
Foto: Antara
Alquran besar di Masjid Raya Pekanbaru, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Raya Pekanbaru sejak lama menjadi tempat sentral masyarakat Riau dalam mengomunikasikan berbagai macam hal. Isu-isu sosial, budaya, bahkan politik yang berseliweran di tengah masyarakat acap kali dibincangkan di sini. Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan masjid bagi masyarakat Muslim Melayu di Riau.

Penilaian itu disampaikan Marhalim Zaini, budayawan asal Riau, terkait dengan fungsi sosial dan budaya masjid tersebut. Kenyataan bahwa Masjid Raya Pekanbaru selalu ramai dikunjungi jamaah dari berbagai daerah sepertinya tidak menampik apa yang dikatakan Marhalim.

Dalam masyarakat Melayu, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Tetapi, juga tempat memelihara kebudayaan dan melanggengkan hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan.

''Masjid memberi ruang yang luas bagi masyarakat untuk menjaga warisan budayanya sehingga masjid begitu dekat dengan mereka. Di Masjid Pekanbaru ini sering diselenggarakan kegiatan kesenian tradisional serta berbagai aktivitas keagamaan,'' jelas Marhalim kepada Republika.

Kuatnya peran sosial dan budaya Masjid Raya Pekanbaru itu dapat dirunut melalui perjalanan sejarahnya. Dengan mencermati aspek historisnya, tampak nilai-nilai budaya dan agama berbaur dalam satu bangunan. Nilai-nilai itu pun masih dipertahankan hingga sekarang.

Ketika pertama kali dibangun oleh Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah pada abad ke-18, tepatnya tahun 1762 M, masjid ini merupakan simbol keberlangsungan 'Tali Terpilin Tiga'. Istilah yang menggambarkan hubungan antara penguasa, ulama, dan ketua adat yang berarti 'tali berpintal tiga'.

Di mana pun komunitas Muslim Melayu berada, wajib hukumnya menjunjung tiga elemen penting dalam dinamika hidupnya, yaitu pemerintahan, agama, dan adat istiadat. Menurut sejarah, pembangunan Masjid Pekanbaru diawali dengan perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan (sekarang disebut Kampung Bukit).

Di pusat kekuasaan baru itu, dibangunlah istana sebagai pusat kekuasaan, masjid sebagai tempat aktivitas keislaman, dan balai kerapatan sebagai wadah ekspresi adat istiadat. Inilah arti dari memelihara keberlangsungan 'Tali Terpilin Tiga' itu.

Dalam acara peresmian bangunan baru ala Melayu atau yang dikenal dengan upacara 'menaiki', istana yang baru selesai dibangun itu diberi nama Istana Bukit; balai kerapatan dinamakan Balai Payung Sakiki; dan masjidnya bernama Masjid Alam yang merujuk pada nama kecil sultan, yaitu Sultan Alamuddin.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement