Selasa 13 Aug 2019 19:00 WIB

Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Prancis

Sejumlah sekolah Islam berdiri di Prancis.

Muslimah di Prancis berdemontrasi menentang pelarangan pengenaan jilbab di lua ruang.
Foto: Dini Kusmana Massabuau
Muslimah di Prancis berdemontrasi menentang pelarangan pengenaan jilbab di lua ruang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lembaga pendidikan Islam di negeri mode ini pun turut berkembang. Sejumlah sekolah Islam berdiri di Prancis. 

‘’Pemerintah memberi izin untuk memulai operasi,’’ ujar Mahmoud Awwad, sponsor dan direktur sekolah Education et Savior. Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris.

Baca Juga

Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis, namun ada tambahan pelajaran khusus tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam. Education et Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.

Selama ini, umat Islam di Prancis ingin memiliki sekolah swasta Islam setelah Paris melarang jilbab dan simbol keagamaan di sekolah negeri empat tahun lalu. Siswi Muslim yang memakai jilbab akan dikeluarkan dari sekolah dan kondisi ini membuat masa depan mereka suram. Awwad mengaku, pihaknya tidak sulit mendapatkan izin pendirian sekolah Islam.

‘’Tidak seperti sekolah Al-Kindi, kami tidak menemui rintangan,’’ ujar Awwad. Pembukaan Al-Kindi di Lyon mendapat hambatan saat dibuka pada 2006.

Academy of Lyon, badan pendidikan negara yang tertinggi di kota itu, menolak izin operasional sekolah itu dan menutupnya dengan alasan pihak sekolah tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan. Namun, Pengadilan Administratif di Lyon membatalkan penutupan itu pada Februari tahun 2006. Ini berarti sekolah Al-Kindi bisa membuka ajaran baru pada Maret 2007.

Menurut para pemimpin Muslim Prancis, insiden di Al- Kindi justru mendorong masyarakat Muslim untuk membuka sekolah serupa. ‘’Kontroversi Al-Kindi mendobrak ketakutan di minoritas Muslim untuk memiliki sekolah lebih banyak,’’ ujar Lhaj Thami Breze, ketua Organisasi Persatuan Islam di Prancis, UOIF. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement