Senin 12 Aug 2019 20:40 WIB

Peran Penting BMI dalam Syiar Islam di Hong Kong

Kesadaran beragama di kalangan TKI pun meningkat pesat.

Rep: Mozaik Republika/ Red: Agung Sasongko
Pengrajin menyulam mukena dan busana muslim untuk selanjutnya diekspor ke Hongkong dan Malaysia di Sumbersari, Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/5/2019).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pengrajin menyulam mukena dan busana muslim untuk selanjutnya diekspor ke Hongkong dan Malaysia di Sumbersari, Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang kedatangan tenaga kerja asal Indonesia (TKI) mendorong meningkatnya jumlah umat Islam di Hong Kong secara signifikan. Para tenaga kerja Indonesia di Hong Kong ini, lebih senang dipanggil dengan nama Buruh Migran Indonesia (BMI).

Perlahan namun pasti, mereka menunjukkan eksistensinya. Diperkirakan, kini ada sekitar 120 ribu umat Islam di Hong Kong. Sebagian besar merupakan BMI, kemudian diikuti umat Muslim dari Malaysia dan Pakistan.

Baca Juga

Umat Muslim asal Indonesia paling banyak berkumpul di Masjid Ammar di Oi Kwan Road, Wan Chai. Masjid ini memang paling dekat dengan lokasi tinggal mereka di sekitar Causeway Bay, Hong Kong.

''Aktivitas kami meningkat dengan pesat, malah banyak TKI yang mendapatkan hidayah di Hong Kong,'' ujar Abdul Muhaemin Karim, seorang ulama Indonesia dari Islamic Union of Hong Kong.

Menurut pria kelahiran Cirebon ini, peristiwa 11 September (11/09) 2001 yang menyebabkan robohnya World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, justru membangkitkan minat masyarakat Hong Kong untuk mengenal Islam. Berbagai kelompok agama, masyarakat, universitas, dan organisasi meminta Islamic Union of Hong Kong untuk menjelaskan Islam kepada mereka.

Kesadaran beragama di kalangan TKI pun meningkat pesat. Kegiatan pengajian mingguan yang disebut Halaqah, selalu kebanjiran peminat di hari Ahad yang merupakan hari libur para buruh migran. Halaqah kemudian berkembang menjadi hari Sabtu, kemudian diikuti pengajian-pengajian tengah minggu yang lebih kecil. Islamic Union of Hong Kong kini menaungi dua organisasi induk, yaitu Persatuan Dakwah Victoria (PDV) dan Gabungan Buruh Migran Muslim Indonesia di Hong Kong (Gammi).

Muhaemin mencontohkan, PDV memiliki sejumlah anak organisasi yang menggelar sejumlah pelatihan komputer, menjahit, dan berwira usaha untuk para TKI. Pelatihan ini, ungkapnya, selalu penuh peminat. ''Karena, para TKI menyadari mereka memerlukan bekal untuk hidup mandiri,'' ujarnya.

Umat muslim di Hong Kong selalu menekankan di kalangan mereka perlunya menunjukkan wajah Islam yang ramah. Para TKI pun berperan sebagai role model Muslim di rumah majikannya. Pekerjaan sebagai pembantu tidak menjadi halangan mereka untuk menunaikan shalat. Mereka sudah biasa shalat menggunakan celana training sebagai pengganti mukena, atau meringkas shalat dengan metode jamak dan qashar.

''Sekarang banyak majikan yang mencari TKI berjilbab karena dinilai kerja dan perilakunya baik. Bahkan, ada majikan yang masuk Islam karena pembantunya yang berjilbab,'' jelas Muhaemin.

Muhaemin menambahkan, respons pemerintah Hong Kong yang positif membuat umat Islam di negeri itu juga punya tekad untuk maju dan menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat. Karenanya, sambung dia, Islamic Union of Hong Kong berencana untuk menambah jumlah da'i di sana dengan cara open recruitment untuk memperkuat dakwah di masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement