Senin 12 Aug 2019 20:20 WIB

Menelusuri Jejak Komunitas Muslim di Hong Kong

Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak seribu tahun lalu.

Rep: Mozaik Republika/ Red: Agung Sasongko
Masjid Jamia di Shelley Street, Hongkong. Salah satu masjid dengan nilai hostoris tinggi.
Foto: Wikipedia
Masjid Jamia di Shelley Street, Hongkong. Salah satu masjid dengan nilai hostoris tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak seribu tahun lalu. Dibawa oleh komunitas pedagang Arab yang membawa barang-barangnya berjualan melintasi jalur perdagangan yang dikenal sebagai 'jalur sutra', yang menghubungkan Cina dengan dunia Barat.

Sementara di Hong Kong, perkembangan agama Islam mencapai puncaknya pada saat kedatangan Muslim Pakistan dan India yang dipekerjakan tentara Inggris untuk menjaga kawasan ini. Hong Kong dulunya merupakan koloni Inggris sebelum diserahkan kembali ke Cina pada 1 Juli 1997.

Baca Juga

Jumlah penganut Islam semakin berkembang pesat dengan banyaknya komunitas Cina minoritas yang masuk Islam. Kelompok Cina minoritas ini kemudian dikenal dengan nama 'Hui'.

Imam Cheung merupakan salah satu imam yang mengurusi masjid di Hong Kong. Ia memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini.

Ia dibesarkan dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou, atau yang dikenal sebagai Canton. Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang juga seorang imam dan kini dimakamkan di sana. Hingga di usianya yang lanjut, Imam Cheung masih saja tetap menjalankan tugasnya sebagai imam Masjid. Ia juga menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Sejarah mencatat, perkembangan Islam di Cina sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Dimulai saat Rasulullah mengirimkan tiga sahabatnya untuk mendatangi negeri Cina untuk menyebarkan ajaran Islam. Dua di antaranya meninggal di perjalanan, sementara satu orang lainnya tiba dan membangun tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou. Hingga kini, masjid yang dibuat pada 627 M ini masih berdiri di Guangzhou.

Dikisahkan pada 1942, saat usianya menginjak 27 tahun, Imam Cheung diundang ke Hong Kong, berbarengan dengan pendudukan Jepang di wilayah itu. Ia kewalahan mengurusi jenazah prajurit Muslim karena keterbatasan kain dan kayu untuk peti. Bertahun-tahun kemudian, sang Imam masih menjalankan profesinya. Melayani umat Islam yang terus berdatangan ke Hong Kong.

Komunitas Muslim di Hong Kong lebih dari setengahnya merupakan orang Cina asli, dan sisanya merupakan pendatang, seperti orang Pakistan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Arab, dan Afrika. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti bagaimana komunitas Muslim asli Hong Kong bisa terbentuk.

Namun, keberadaan komunitas Muslim Hong Kong semakin jelas sejak Hong Kong berada di bawah pemerintahan Inggris pada pertengahan abad ke-19. Inggris membawa tentara-tentara Muslimnya dari India. Datang pula bersama mereka atribut-atribut keislamannya.

Setelah itu, jumlah penganut Islam semakin banyak di Hong Kong sehingga kemudian terbentuklah komunitas Muslim. Melihat hal tersebut, pemerintah Hong Kong kemudian mengalokasikan lahan bagi komunitas Muslim ini untuk membangun masjid dan kuburan. Bertahun-tahun kemudian, lebih banyak lagi orang Islam yang datang ke Hong Kong dan menetap. Di antara mereka adalah Muslim Cina yang datang dari Cina daratan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement