REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya bertajuk Healing with Aromatherapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurut Ericksen, penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M – 1037 M).
Ibnu Sina, papar Ericksen, telah menggunakan penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Menurut dia, metode pengobatan ini kemudian dikenal sebagai aromaterapi. "Ibnu Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang memperkenalkan aromaterapi," papar Ericksen.
Hal senada juga diungkapkan Stanley Finger dalam karyanya bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function, mengungkapkan, penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M – 1037 M).
Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat sarana pertama penyulingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem pipa melingkar, yang menghasilkan uap air tanaman dan uap panas menjadi dingin yang lebih efektif, sehingga konsentrasi essensial minyak dapat diambil.
Dalam karyanya yang sangat monumental, Al-Qanun fi'l Tibb atau Canon of Medicine, Ibnu Sina menjelaskan minyak esensial dan aromatik tumbuh-tumbuhan yang digunakan secara ekstensif dalam praktik aromaterapi. Kitab Canon of Medicine juga merupakan sal satu satu dari ratusan buku kedokteran yang seca khusus membahas mengenai air mawar.
Menurut sejumlah sejarawan, Ibnu Sina telah berjasa dan berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan proses kimia kemudian seperti penyaringan, penyulingan, sublimasi, dan proses pengapuran. Ia disebut-sebut sebagai penemu prosedur penyulingan dari bunga menjadi minyak esensial. Salah satu bunga pertama yang disuling menjadi minyak adalah mawar.
Penyulingan uap yang ditemukan Ibnu Sina kemudian digunakan pada aromaterapi dan industri wangi-wangian. Penemuan uap penyulingan memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan wangi-wangian. Teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri wangi-wangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kimia.
Pada abad ke-13 M, seorang dokter Muslim bernama al-Samarqandi juga mengembangkan pengobatan dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandi aromatik, bubuk aromaterpi, uap panas dengan mewangian dari aneka bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi telinga dan sinus.