Alhamdulillah. Salat Idul Adha telah ditunaikan dalam cuaca dingin 4 derajat celcius Minggu (11/8) di Aula Konsulat Jendral Republik Indonesia, Queens Street, Melbourne, Australia. Salat dimulai pukul 08.00 waktu setempat ( pukul 05.00 WIB). Salat diikuti lebih 200 jamaah warga Indonesia di Australia.
Khotib Ustaz Nuim Khaiyath. Dalam khotbah sekitar duapuluh menit, khotib menguraikan Islam sebagai agama pembawa kedamaian. Tidak ada satu pun agama di dunia yang diberinama langsung oleh Allah SWT, kecuali Islam. Islam sendiri dari kata Salam, artinya: keselamatan, kedamaian. “ Prilaku di luar itu, bukan ajaran agama Islam,” tandasnya.
Mengutip khotbah Rasulullah sewaktu menunaikan haji, Nuim menegaskan konsep dasar hak asazi manusia berasal dari Rasulullah. Ini diperkuat oleh seorang professor yang mengajar di Monash Australia dalam sebuah bukunya tentang Islam. Sang professor menggarisbawahi khotbah Rasulullah itu sebagai konsep awal tentang HAM yang disampaikan lebih 1400 tahun lalu.
Nuim Khiyath memberikan khotbah di Aula Konsulat Jendral Republik Indonesia, Queens Street, Melbourne, Australia, Ahad (11/8).
Bukan hanya kepada sesama manusia, ajaran Rasulullah juga mencakup konsep kasih sayang kepada seluruh mahkluk hidup. Nuim menceritakan kisah di zaman Rasulullah. Nabi bertemu seorang yang sedang menuntun keledai. Hewan itu hendak diberi tanda di wajahnya dengan besi panas. Rasulullah mengingatkan supaya tanda seperti itu jangan diwajah keledai, sebaiknya di pantatnya saja. Peristiwa itu lebih seribu empatratus tahun lalu. Secara universal kita semua mengikuti itu.
“ Sekarang perhatikan sapi-sapi dalam film Amerika. Cap sebagai penanda diletakkan di pantat sapi,” terang Nuim.
Ustadz asal Medan
Ustadz Nuim Khaiyath (nama lengkapnya:Nuim Mahmud Khaiyath) adalah seorang penyiar senior kelahiran Medan, Indonesia yang saat ini berdomisili di Melbourne, Australia. Dia kini menjadi Kepala Siaran Bahasa Indonesia di Radio Australia.
Nuim Khaiyath memulai kariernya di bidang jurnalistik pada 1964 dengan bekerja di BBC'S Indonesian Service yang berpusat di London selama tiga tahun. Ia kemudian bergabung dengan Radio Australia Siaran Bahasa Indonesia (RASI) pada 1967-1970. Setelah itu ia pindah ke BBC London. Dua tahun kemudian (1972) ia kembali lagi ke RASI, dan sejak tahun 1998 ia dipercaya untuk memimpin RASI.
Ia populer dengan acara Sabtu Gembira (SAMBA), yang dibawakan dengan logat Melayu Medan. Acara tersebut disiarkan pula oleh Radio Delta FM setiap hari Sabtu pagi. Acara lain yang diasuhnya di RASI adalah PERSPEKTIF, dan Dunia Olahraga. Selain itu dia juga tampil dalam siaran lite 105.8 FM Jakarta, setiap Senin pagi dalam acara Postcard from Melbourne. Pengetahuannya yang luas membuatnya sangat populer di kalangan pendengar radio tersebut, sehingga ia mendapat julukan "Kamus Berjalan". Aktivitas rutin yang dilakukannya di luar siaran radio adalah berenang, membaca, dan khotib.
Nuim telah menerbitkan sebuah buku baru "Dunia Di Mata Nuim Khaiyath".
Selesai salat, saya sempat ngobrol dengan Pak Ustadz. Guyon-guyonan khas Medan pun keluar. “ Orang Medan itu apapun akan dilakoni demi Medan. Yang penting, tidak tinggal di Medan,” ujarnya berseloroh. Saya juga meminta kesedian Nuim menulis artikel topik apa saja sekali sepekan di CnR.com.
Di KJRI tadi tak dinyana ketemu banyak kawan. Kami ketemu Timur Imam Nugroho (Imung), menantu pengusaha Rachmat Gobel. Dia berbaik hati mengantar kami pulang ke rumah dengan mobilnya yang menggunakan nomer plat “DKI 1”. Waktu berangkat kami memang menggunakan taksi. Imung tahu itu. Maka dia menawarkan mengantar kami pulang. Terima kasih.
Selagi ngobrol dengan Imung, datang Shinta Puspitasari, wartawan dan presenter TVOne menghampiri. Shinta bersama dua puteranya “ Bang Ilham, kok bisa di sini?,” tanyanya heran. Shinta sudah enam bulan tinggal di Melbourne mengawal anak-anaknya sekolah di sini. “Sejak enam bulan lalu itulah Shinta resign dari TVOne,”, ujarnya. Luar biasa Shinta “ mengorbankan” karir demi anak.