Sabtu 10 Aug 2019 13:51 WIB

Jamaah Haji Diimbau Waspada Kolesterol dan Pola Makan

Dari hasil pemeriksaan, cukup banyak jamaah haji yang meningkat kadar kolesterol

Rep: Ali Yusuf/ Red: Hasanul Rizqa
Seorang petugas kesehatan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sedang mengambil darah jamaah haji yang dirawat (Ilustrasi).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau jamaah haji agar tetap menjaga pola makan selama di Tanah Suci. Hal itu penting agar mereka terjaga dari potensi pelbagai penyakit yang disebabkan buruknya pola makan dan ancaman kolesterol jahat. Hal itu disampaikan seorang dokter Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Ade Irma Rosiani.

Seperti diketahui, saat ini jamaah haji sedang menjalani puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Karena itu, lanjut dokter yang akrab disapa Rossi ini, jamaah asal Indonesia diminta memerhatikan pola makan dan menjaga asupan cairan tubuh.

Dia mengungkapkan, pihaknya telah memeriksa sejumlah jamaah haji yang telah ditetapkan memiliki risiko tinggi (risti) pada tahap pertama saat masih di kabupaten/kota masing-masing. Ternyata, dari hasil pemeriksaan itu diketahui banyak jamaah yang menderita dislipidemia alias peningkatan kadar kolesterol darah.

"Dislipidemia adalah kondisi di mana kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini berisiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke," kata Rossi, Sabtu (10/8).

Rossi menerangkan, dislipidemia tidak menimbulkan gejala. Biasanya, penyakit ini baru terdeteksi saat medical check-up, khususnya pemeriksaan darah.

Ada tiga jenis kolesterol di dalam tubuh, yaitu kolesterol baik (high-density lipoprotein/HDL), kolesterol jahat (low-density lipoprotein/LDL), dan trigliserida. Seseorang dikatakan mengalami dislipidemia apabila pemeriksaan lemak darahnya, setelah berpuasa dalam durasi jam tertentu, menunjukkan nilai kolesterol total di atas 200 mg/dL.

"Dengan perincian lolesterol LDL di atas 100 mg/dL. kolesterol HDL di bawah 40 mg/dL untuk pria, atau di bawah 50 mg/dL untuk wanita. Dan trilgliserida lebih dari 150 mg/dL," katanya.

Beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia adalah jarang berolahraga, sering mengonsumsi makanan tinggi gula atau lemak jenuh, semisal daging berlemak, keju, gorengan, dan mentega. Kebiasaan merokok juga turut memperbesar potensi risiko.

Sementara itu kata dia, kondisi yang bisa meningkatkan risiko dislipidemia antara lain adalah, penyakit hati, sindrom metabolik, penyakit jantung, diabetes yang tidak terkontrol, dan obesitas. "Serta konsumsi obat penurun tekanan darah golongan beta blocker, kortikosteroid, diuretik, pengobatan HIV, atau pil KB," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement