Kamis 08 Aug 2019 04:30 WIB

Membaca Tanda Kiamat dari Wafatnya Ulama Ahli Ilmu dan Saleh

Wafatnya ulama menjadi salah satu tanda kiamat dekat.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, KH Maimoen Zubair memimpin doa saat Halaqah Nasional Alim Ulama di Jakarta, Kamis (13/7) malam.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, KH Maimoen Zubair memimpin doa saat Halaqah Nasional Alim Ulama di Jakarta, Kamis (13/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Ada fenomena alam yang menarik perhatian publik menyusul wafatnya Pengasuh Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), pada Selasa (7/8). Pada hari wafatnya tokoh kharismatik tersebut, langit di daerah Makkah Arab Saudi, tak seperti biasanya. Langit mendung diiringi hujan terjadi di Kota Makkah.

Menurut para ulama, wafatnya seorang alim saleh bukan hanya akan membuat bumi menangis, melainkan juga membuat bumi hancur dan rusak. Pernyataan ini disampaikan pakar ushul fikih, alumni Universitas al-Azhar, Kairo Mesir, Ustaz Aep Saepulloh Darusmanwiati.

Baca Juga

Aep mengatakan, ketika menafsirkan firman Allah dalam surah ar-Ra’d (13) ayat 41 yang berbunyi: “Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?”.  

Ibnu ‘Abbas, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya (4/406), berkata: “Maksud dari firman Allah: ‘lalu Kami kurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya’, maksudnya adalah hancurnya bumi, dan hancurnya bumi dengan wafatnya para ulama, fuqaha (para ahli fikih) dan orang-orang shaleh di dalamnya”.  

Aep menjelaskan, demikian juga Imam Mujahid berpendapat maksud hancurnya bumi adalah dengan wafatnya para ulama. ‘Atha` bin Abi Rabah juga mengatakan yang sama. Dalam Kitab  Jami’ Bayan al-‘Ilm wa Fadhlih karya Imam Ibnu Abdil Barr (w 463 H) 1/600, ketika menafsirkan ayat di atas, ‘Atha` bin Abi Rabah berkata: “Maksudnya adalah dengan wafatnya para fakih dan orang-orang terbaiknya”.  

Ibnu Abdil Barr kemudian berkomentar: “Pendapat ‘Atha` ini dalam menafsirkan ayat di atas adalah pendapat  yang sangat baik sekali, yang diterima oleh para ulama”. 

photo
Jàmaah haji asal Indonesia ikut menghadiri prosesi pemakaman KH Maimoen Zubair di pemamakan Ma'la, kawasan Dahlatul Jin, Makkah, Selasa (6/8).

 

Dan ini, menurut Aep, semakna dengan sabda Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa wafatnya para ulama merupakan di antara tanda kiamat sudah semakin dekat. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di antara tanda kiamat sudah semakin dekat adalah diangkatnya ilmu, menyebarnya kebodohan, merajarelanya minuman keras dan perzinahan”. 

Aep mengemukakan, dalam hadis lain yang diriwayatkan Imam Bukhari Muslim dari Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa al-‘Asy’ari, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya di antara sudah sangat dekatnya hari Kiamat adalah ada saat-saat di mana ilmu diangkat, kebodohan turun, dan banyaknya al-harj, dan al-harj itu adalah pembunuhan”. 

Perhatikan, tutur Aep, Rasulullah SAW menegaskan ciri-ciri kiamat berupa menyebarnya kebodohan, minuman keras, perzinaan dan pembunuhan yang semuanya merupakan perbuatan pengrusakan di bumi ini, semuanya disebabkan karena diangkat dan dicabutnya ilmu. Dan dicabutnya ilmu itu dengan jalan diwafatkannya para ulama.   

Dalam hadis dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-hambaNya secara sekaligus satu kali cabutan, akan tetapi dengan jalan diwafatkannya para ulama. Sehingga ketika tidak ada para ulama, orang-orang mengambil panutan dari orang-orang bodoh. Lalu orang-orang bodoh tersebut ditanya, dan mereka pun berfatwa tanpa didasari dengan ilmu yang benar. Sehingga mereka pun sesat dan menyesatkan (orang-orang)” (HR Bukhari Muslim). 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement