REPUBLIKA.CO.ID, Ada fenomena alam yang menarik perhatian publik menyusul wafatnya Pengasuh Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), pada Selasa (7/8). Pada hari wafatnya tokoh kharismatik tersebut, langit di daerah Makkah Arab Saudi, tak seperti biasanya. Langit mendung diiringi hujan terjadi di Kota Makkah. Benarkah peristiwa alam tersebut bukti bahwa sebenarnya alam turut bersedih dengan meninggalnya ulama?
Pakar ushul fikih alumni Universitas al-Azhar, Kairo Mesir, Ustaz Aep Saepulloh Darusmanwiati, menjelaskan peristiwa tersebut dengan mengutip sejumlah referensi. Di antaranya Tafsir al-Qur`an al-‘Azhim, atau yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ibn Katsir, karya Imam Abul Fida` Ismail bin Umar bin Katsir al-Bashry ad-Dimasyqy atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir (w 774 H).
Aep menjelaskan, Sufyan ats-Tsaury berkata: “Imam Mujahid bertutur: “Tidak ada seorang mukmin pun yang meninggal dunia, kecuali langit dan bumi akan menangisinya selama empat puluh pagi (hari)”. Aku (Sufyan ats-Tsaury) lalu bertanya kepada Imam Mujahid: “Apakah bumi menangis?”
Imam Mujahid menjawab: “Apakah Anda heran? Bagaimana bumi tidak menangisi kepergian seseorang yang biasa memakmurkannya dengan jalan ruku dan sujud? Bagaimana langit tidak menangisi kepergian seseorang yang selalu mendengar suaranya laksana suara lebah ketika hamba tersebut mengagungkan dan mensucikanNya?”
Demikian, kata adia, betapa wafatnya seorang mukmin yang shaleh bukan hanya membuat manusia menangis akan tetapi langit dan bumi pun turut menangisi kepergiannya. Apabila seorang mukmin yang saleh wafat saja akan ditangisi oleh langit dan bumi, apalagi jika ia seorang mukmin saleh plus berilmu (‘alim), tentu yang menangis bukan hanya bumi dan langit, melainkan seluruh makhluk di jagat raya ini, baik makhluk hidup atau benda mati.
Said bin Jubair bertutur: “Seorang laki-laki datang menemui Ibnu Abbas-- salah seorang sahabat utama Rasulullah SAW. Laki-laki itu bertanya: “Wahai Ibnu Abbas, apa maksud dari firman Allah yang berbunyi: “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh” (QS ad-Dukhân [44]: 29).
Apakah betul langit dan bumi akan menangisi kepergian (wafatnya) seseorang?” Ibnu Abbas kemudian menjawab: “Iya, langit dan bumi akan menangisi kepergian seseorang. Karena tidak ada satupun makhlukNya kecuali mempunyai satu pintu di langit, yang dari pintu itu tempat turun rezekinya dan tempat naik (diterima) amal kebaikannya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, KH Maimoen Zubair memimpin doa saat Halaqah Nasional Alim Ulama di Jakarta, Kamis (13/7) malam
Apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka pintu langit, tempat turun rezeki dan tempat naik amal shalehnya itu, ditutup. Maka pada saat itulah langit menangis (karena merasa kehilangan seseorang yang amal shalehnya biasa naik dari salah satu pintunya).
Demikian juga dengan bumi. Ketika tempatnya di bumi, yang biasa dipakai shalat dan berzikir oleh hamba saleh tersebut, merasa kehilangan dengan wafatnya hamba tadi, maka pada saat itulah bumi menangis.
“Sementara Fir’aun dan kaumnya, karena tidak ada kebaikan yang dilakukannya di bumi, dan tidak ada amal saleh yang naik ke langit, maka langit dan bumi pun tidak menangisi kepergiannya,” kata Aep.