Rabu 07 Aug 2019 17:49 WIB

Trik Latih Ketelitian dari Mbah Muhammadun, Maestro Nahwu

Mbah Muhammadun dikenal sebagai maestro nahwu dari Pati.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Mbah Muhammadun
Foto: Dok istimewa
Mbah Muhammadun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – KH Muhammadun atau Mbah Muhammadun tak hanya dikenal sebagai Ulama yang tawadu. Putra KH Ali Murtadho dan Nyai Halimah itu juga tersohor sebagai ahli ilmu nahwu dari Pati, Jawa Tengah. 

Setelah menimba ilmu di beberapa pesantren seperti Ponpes Kajen Pati semasa KH Mahfudh Salam dan Ponpes Bareng Kudus semasa KH Yasin, Mbah Muhammadun kemudian memimpin Pondok Pesantren Darul Ulum yang berada di Pondokan, Kecamatan Tayu, Pati. 

Baca Juga

Menurut Kiai Ahmad Islahuddin yang masih memiliki ikatan keluarga dengan keturunan KH Muhammadun yakni KH Aslam Muhammadun, sosok Mbah Muhammadun memang dikenal sebagai ulama yang sabar dan teliti.   

“Setelah mengaji di Mbah Yasin itu beliau dianugerahi kecerdasan, kesabaran dan ketelitian luar biasa, Mbah Muhammadun itu kalau mengaji teliti sekali,” kata Kiai Ahmad yang juga pernah menimba ilmu di Ponpes Darul Ulum itu saat berbincang dengan dengan Republika,co.id beberapa waktu lalu.  

Bahkan menurut Kiai Ahmad, ada kebiasaan unik yang sering dilakukan Mbah Muhammadun untuk melatih kesabaran dan ketelitiannya. Menurut Kiai Ahmad, Mbah Muhammadun sengaja mencampur nasi yang akan di masaknya dengan kerikil. Saat hendak memakan nasi yang sudah di masaknya, Mbah Muhammadun terlebih dulu akan memisahkan kerikil-kerikil yang telah bercampur dengan nasi. 

Menurut Kiai Ahmad, sejak menimba ilmu di Pesantren Bareng Kudus, Mbah Muhammadun memang mempunyai hobi dan ketertarikan mendalami kitab Alfiyah terutama Syarah Syekh Zaini Dahlan. 

Kiai Ahmad menceritakan secuil kisah perjalanan ibadah haji Mbah Muhammadun. Ketika Mbah Muhammadun menunaikan Ibadah Haji, seorang bangsawan dan ulama di tanah Suci yakni Said Muhammad mengutus orang untuk mengundang Mbah Muhammadun. Meski demikian, Mbah Muhammadun menolak lantaran merasa tak pantas bertemu dengan seorang bangsawan. 

Namun setelah kedua kalinya, utusan dari Said Muhammad datang, Mbah Muhammadun pun bersedia. Dalam pertemuan itu, Said Muhammad mengungkap silsilah Mbah Muhammadun yang masih memiliki garis keturunan hingga Nabi Muhammad. Meski demikian, jelas Kiai Ahmad Islahuddin, Mbah Muhammadun tetap rendah hati. Tak hanya itu, dalam pertemuan itu Mbah Muhammadun juga mendapat julukan sebagai ahli ilmu nahwu.  

“Di antara obrolan itu kata said Muhammad kamu (Mbah Muhammadun) itu Imam Sibawaih-nya Jawa. Saking pinternya dibidang ilmu nahwu beliau sampai diberi julukan Imam Sibawaih-nya Jawa,” kata Kiai Ahmad Islahuddin yang saat ini memimpin Ponpes Raudhatul Ulum Addiniyyah Kuningan.

Bahkan menurut Kiai Ahmad Islahuddin, Mbah Muhammadun yang wafat pada 1980 itu mempunyai kemampuan memahami makna tersembunyi di balik kitab-kitab nahwu terutama Alfiyah. Sebab itu pula, santri Ponpes Darul Ulum begitu mahir dalam menguasai ilmu nahwu sebagai salah satu. 

“Mbah Muhammadun bisa mengerti maksud tersembunyi dari pengarang sampai dia juga memberi catatan kaki dan ada sebagian kitab yang dikritik dan menambahkan beberapa halaman,” katanya.  

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement