Selasa 06 Aug 2019 13:07 WIB

Nadi Mbah Moen Sudah tak Ada Saat Diperiksa

Tim dokter sempat memberikan resusitasi kepada Mbah Moen.

Rep: Ali Yusuf/Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Jenazah KH Maimoen Zubair tiba di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah, Selasa (6/8). Jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah sebelum dibawa ke Masjid Al Haram untuk dishalatkan lagi di sana.
Foto: Republika/M Hafil
Jenazah KH Maimoen Zubair tiba di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah, Selasa (6/8). Jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah sebelum dibawa ke Masjid Al Haram untuk dishalatkan lagi di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) langsung menuju Hotel Green Aiman setelah mendapat telepon dari keluarga, bahwa KH Muaimun Zubair kondisinya kritis. Almarhum Mbah Moen merupakan haji khusus PIHK Helu Trans.

"Info sementara Pukul 04.00 tim kesehatan di KKH Makkah dihubungi keluarga Mbah Moein menyampaikan bahwa beliau ngedrop," kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (Kabidkes PPIH) Arab Saudi Indro Murwoko saat dihubungi Republika, Selasa (6/8).

Baca Juga

Indro menuturkan, setelah mendapat informasi kondisi terakhir Mbah Moein, dokter KKHI Makkah dr Zakir bersama dua perawat mendatangi ke Hotel Green Aiman tempat Mbah Moen menginap. "Ditemukan Mbah Moen dan keluarga sudah ada di lobi hotel. Dan diperiksa sudah tidak ada nadi," ujarnya.

Meski diketahui nadi Mbah Moen sudah tidak berdenyut. Pada pukul 04.17 WAS dr Zakir masih tetap berusaha melakukan tindak medis dengan cara Resusitasi Jantung Paru (RJP), sambil menyiapkan Mbah Moen untuk masuk ambulans.

"Kemudian dibawa ke RS Al Noor, tetapi dinyatakan sudah meninggal setelah dilakukan RJP beberapa saat," katanya.

Dari Semarang, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Mbah Moen itu. Bagi Ganjar, selain sosok nasionalis, Mbah Moen merupakan tokoh ulama yang rendah hati dan penyayang. Meskipun beliau kiai sepuh, namun tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah darinya.

"Beliau seorang kiai yang sangat rendah hati dan sangat penyayang. Saya selalu digandeng dan dipeluk saat bertemu, saya merasa beliau itu sangat penyayang. Tidak pernah saya melihat ada pikiran-pikiran atau ucapan buruk yang disampaikan Mbah Moen," katanya.

Sebelumnya, kabar duka meninggalnya Mbah Moen merupakan kabar yang menggetarkan. Dirinya sendiri bergetar dan merinding karena selama ini memang dekat dengan Mbah Moen.

Gubernur pun mengenang, sebelum Mbah Moen berangkat ke Tanah Suci, dia sempat bertemu di Sarang, Kabupaten Rembang. Saat itu, Ganjar datang tepat pukul 17.00 WIB dan belum melaksanakan shalat ashar.

"Awalnya saya mau shalat di masjid, tapi dilarang sama muridnya Mbah Moen. Katanya, Mas Ganjar disuruh nunggu dulu. Akhirnya saya tunggu cukup lama," terangnya.

Sekitar pukul 17.10 WIB lanjut Ganjar, Mbah Moen keluar dari kamarnya. Saat diminta santrinya untuk shalat ashar di masjid, Mbah Moen menolak dan mengatakan ingin shalat dengan Ganjar.

"Kemudian saya shalat berjamaah dengan Mbah Moen di kamarnya, berdua. Setelah doa, beliau mendoakan saya. Itu kenangan yang paling saya ingat. Saya merinding setelah mendengar kabar ini," ucap Ganjar sambil berkaca.

Kedekatan Ganjar dengan Mbah Moen terjadi setelah putra Mbah Moen, Taj Yasin Maimoen yang ditunjuk mendampinginya memimpin Jawa Tengah. Menurutnya banyak kenangan tentang KH Maimoen Zubair, mulai sejak kampanye sampai terpilih.

"Selama ini, beliau selalu memberikan pesan tentang semangat kebangsaan, patriotisme dan kenegaraan. Beliau ini sosok kiai yang nasionalis yang menjadi rujukan hampir semua orang," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement