REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarah menyimpan deretan tokoh Muslimah terkemuka de ngan ber bagai keistimewaannya. Setelah Rasulullah wafat, terdapat tiga nama tokoh dari kaum hawa yang dikenal cerdas. Kesemuanya ialah murid Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiq, istri Nabi Muhammad SAW. Hujaimah binti Huyay al-Awshabiyah, salah satunya.
Ia berasal dari Washshab, sebuah kabilah di Himyar. Ia akrab dipanggil Ummu Darda’ as-Sughra. Ini lantaran ia adalah istri Abu Darda’ ‘Uwaimir al-Anshari. Sahabat Rasulullah yang dikenal kaya ilmu dan cinta Allah. Abu Darda’ dipercaya Khalifah Umar bin Khatab memimpin di Negeri Syam.
Hujaimah dibesarkan dalam tradisi ilmu yang kental. Semasa ayahnya hidup, ia mendapat pelajaran agama lang sung, seperti belajar Alquran. In telektualitasnya cukup tinggi. Ia mampu menghafal cepat. Sepeninggal sang ayah, ia diasuh oleh Abu Darda’ yang terkenal ahli ibadah dan aktivis majelis taklim. Hujaimah kecil d iikutsertakan dalam shalat berjamaah, membaur dengan barisan laki-laki. Ini berlangsung sampai usianya akil baligh.
Bekal semasa kecil membentuk karakternya kelak. Hujaimah dewasa haus ilmu pengetahuan. Selain kepada ayah dan ibu angkatnya itu, ia belajar ke Fadhalah bin Ubaid al-Anshari, Salman al-Farisi, Kaab bin Ashim al- Asy’ari, Aisyah Ummul Mu’minin, Abu Hurairah, serta para sahabat lainnya. Kegigihan dan kecerdasannya memikat Abu Darda’ yang tak lain ialah ayah angkatnya. Ia menyandang gelar Ummu Darda’ as-Sughra (yang kecil). Sementara, sebutan al-Kubra untuk ibu angkatnya, Khaira.
Nikah
Pernikahan mereka berdua melejitkan keilmuan Hujaimah. Kapasitas ilmu yang dimiliki mendapat pengakuan banyak kalangan. Di mata Usman bin Affan, ia adalah pakar fikih yang berwawasan luas. Ini semakin sempurna dengan ketaatan beribadah dan pengabdian kepada suami beserta keluarga.
Yunus Ibnu Maisharah berkata, “Suatu ketika, kami mendatangi Ummu Darda’, ketika itu ada beberapa perempuan di sisinya. Mereka semua adalah perempuan yang menghabiskan malam-malamnya untuk bertahajud sehingga kakinya sampai bengkak.” Hujaimah dikenal sosok biijak.
Nasihatnya banyak diikuti oleh banyak orang. Abdur Rabbih bin Sulaiman mengatakan, Ummu Darda’ pernah menulis untuknya tentang hikmah memanfaatkan waktu pada masa muda. “Pelajarilah hikmah semasa mudamu, niscaya engkau akan mengamalkannya pada masa tuamu karena setiap orang yang menanam pasti kelak akan menuai hasilnya, baik berupa kebaikan maupun kejahatan.”
Ummu Darda’ pernah pula memberi nasihat perihal pentingnya berzikir kepada Allah. Berzikir itu bisa dilaku kan di manapun dengan banyak cara. “Sungguh berzikir kepada Allah itu adalah perkara yang paling besar.
Kalau engkau shalat maka itu termasuk berzikir. Begitu juga dengan berpuasa. Segala kebaikan yang kau lakukan, itu pun termasuk zikir. Setiap kejelekan yang kau jauhi maka itu termasuk zikir. Dan, yang paling utama adalah bertasbih kepada Allah.”
Suatu saat, Usman bin Hayyan pernah makan malam bersama Ummu Darda’. Usman lupa membaca basmalah. Hujaimah menegurnya. “Janganlah kalian lupa membumbui makanan kalian dengan zikir. Makan disertai memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam saja (tidak memuji Allah).”
Ummu Darda’ pernah berpetuah soal kerasnya hati. Seperti yang disaran kannya kepada seorang laki-laki yang mengeluh tentang bahaya penyakit hati. Hujaimah memberinya obat mujarab, yakni segeralah ke kuburan dan lihatlah orang-orang mati.
Istri panutan
Dalam keseharian, Ummu Darda’ dikenal sebagai istri yang santun, hormat, dan sangat taat kepada suami. Saking hormatnya, ia menyebut suami nya dengan panggilan tuanku. Selain itu, ia setia pula kepada suaminya. Ini terlihat dari ungkapannya, “Wahai Abu Darda’, sesungguhnya engkau meminangku kepada kedua orang tuaku di dunia maka mereka menikahkan aku denganmu. Dan, sekarang aku akan meminangkan diriku denganmu di akhirat.”
Abu Darda’ menjawab, “Jika engkau ingin menjadi istriku di surga, janganlah menikah lagi setelah aku meninggal dunia.”
Ketika suaminya meninggal, Ummu Darda’ masih muda dan cantik. Lepas masa idah, Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan datang pertama kali menyampaikan pinangan. Hujaimah teringat pesan almarhum suami. Dengan santun, ia menolak pinangan sang khalifah. “Saya tidak akan menikah lagi dengan seorang pun di dunia sampai menikah dengan Abu Darda’ di dalam surga, insya Allah,” katanya.
Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan menarik diri, urung untuk melamar. Sebelum beranjak pulang, Muawiyah menyampaikan pesan, kalau itu pilihannya, hendaklah Ummu Darda’ memperbanyak puasa.