Senin 05 Aug 2019 21:18 WIB

Panglima TNI Silaturahim ke Kantor PBNU

Usai bertemu PBNU, Panglima TNI sebut membela negara bagian dari iman

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto silaturrahim dan bicarakan pentingnya persatuan bangsa dengan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Senin (5/8).
Foto: dok. PBNU
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto silaturrahim dan bicarakan pentingnya persatuan bangsa dengan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Senin (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan silaturrahim ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Senin (5/8). Panglima TNI diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan jajarannya. Keduanya membicarakan antara lain tentang pentingnya persatuan bangsa.

"Hari ini saya silaturahmi, sekalian Lebaran karena saya belum ketemu (Kiai Said). Agenda yang dibahas, kita bicara terkait pentingnya menjaga persatuan bangsa, dari seluruh komponen. Tugas saya untuk merekatkan seluruh komponen bangsa tersebut," kata Marsekal Hadi usai pertemuan tersebut kepada Republika.co.id di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (5/8).

Baca Juga

Marsekal Hadi menyampaikan, pada pertemuan tersebut banyak berbicara tentang bagaimana TNI dan PBNU ikut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Setelah berbincang-bincang dengan ketua umum (ketum) PBNU dan anggota, Panglima TNI menyebut bahwa membela negara adalah bagian dari iman seorang Muslim.

Dalam kaitannya dengan warga Nahdliyin dan bela negara, dia mengaku telah menjadi anggota Hubbul Wathan. Karena itu, membela negara adalah suatu keniscayaan baginya.

"Saya sudah masuk keanggotaan Hubbul Wathan. Jadi otomatis itu (menjaga persatuan dan kesatuan bangsa) bagian dari tugas pokok, Hubbul Wathan Minal Iman," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kiai Said menyampaikan, negara harus bergandengan tangan dengan kekuatan masyarakat madani (civil society). Beruntung, Indonesia memiliki struktur masyarakat yang jelas dan agamis. Sebagai contoh dalam konteks keislaman, Indonesia memiliki Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan ormas-ormas Islam lainnya.

Adanya NU, Muhammadiyah, dan lain-lainnya merupakan kebesaran dan kelebihan bangsa Indonesia. Kiai Said menyebut, hal itu membedakan Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah, yang memiliki karakteristik struktur sosial tersendiri.

"Kita punya punya struktur sosial sebagai pilar kekuatan civil society yang akan bersama TNI dan Polri dan semua komponen untuk menjaga keutuhan keselamatan bangsa ini," ujarnya.

Menurut Kiai Said, menjaga bangsa tidak hanya melalui kekuatan senjata atau ekonomi. Kekuatan budaya juga mesti diberdayakan oleh semua elemen bangsa. Sejarah membuktikan, NU bersama TNI sejak dahulu menjaga dan mengawal empat pilar kebangsaan.

"Kita selalu siap, NU dengan segala komponenya dari pemudanya, ulamanya, pelajarnya, mahasiswanya, ahli tarekatnya semua siap menjaga untuk mengawal NKRI dari ideologi yang masuk dari asing," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement