Ahad 04 Aug 2019 21:54 WIB

ACT Rencanakan Bangun Sumur Wakaf di Desa Kadugadung

Sepuluh sumur akan digali untuk sepuluh rumah di desa itu.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
Proses awal pembangunan sumur wakaf oleh Global Wakaf-ACT.
Foto: Dok ACT
Proses awal pembangunan sumur wakaf oleh Global Wakaf-ACT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkesempatan mengunjungi Desa Kadugadung, Kecamatan Cipeucang, Pandeglang, Banten pada Kamis (1/8) lalu. Di Kadugadung, Global Wakaf sedang membangun 10 Sumur Wakaf Keluarga untuk keluarga prasejahtera yang tinggal di sana.

Baca Juga

Sawah hijau yang baru saja ditanami padi oleh petani menyambut Global Wakaf saat memasuki jalan desa. Persawahan masih mendapatkan pasokan air dari alam, begitu pula dengan sejumlah kali yang masih menampung air walau debit air berkurang akibat kemarau.

Tim Global Wakaf Banten, Sukma mengatakan irigasi di Kadugadung dimanfaatkan untuk pertanian dan tempat kegiatan warga mandi, cuci, dan kakus. Tak sedikit warga Kadugadung yang hingga kini belum memiliki kamar mandi pribadi di rumahnya.

“Sudah seperti kebiasaan warga yang melakukan kegiatan di kali-kali kecil,” ungkapnya dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Ahad (4/8).

Selama melewati jalan desa, beberapa kali terlihat warga sedang membersihkan perabot rumah tangga atau sekadar cuci kaki atau muka menggunakan air kali. Airnya tak jernih, juga berdebit kecil, dampak dari kemarau yang mulai melanda.

Salah satu Ketua RT di Desa Kadugadung, Rofiudin mengamini perilaku warga yang masih banyak beraktivitas di kali. Rumah Rofiudin pun belum memiliki kamar mandi sendiri. Selama ini, ia serta sekitar tujuh rumah lain di wilayahnya mengandalkan kali sebagai sumber kebersihan.

“Ya di sini buat mandi, buang air, cuci pakaian sama piring. Kecuali buat masak sama minum, itu beli. Harganya 5 ribu (rupiah) per galon, sama ongkos kirimnya 10 ribu (rupiah). Paling dua galon bisa untuk dua sampai tiga hari,” ungkap Rofi, menunjukkan sungai yang ada di belakang rumahnya.

Jarak antara rumah Rofiudin dan kali sekitar 50 meter. Lokasi kali berada lebih rendah dibandingkan rumahnya. Pepohonan yang masih rimbun membuat teduh suasana kali.

Untuk memudahkan aktivitas di kali pada malam hari, Rofiudin menambahkan sebuah lampu sebagai sumber penerangan. Alasan utama Rofiudin dan sebagian rumah warga di Kadugadung belum memiliki kamar mandi  atau sumur pribadi ialah keterbatasan dana.

Kepala Desa Kadugadung Almuktarodi atau akrab disapa Almet menyebut, perekonomian warganya masih rendah. Mereka mayoritas bekerja sebagai butuh tani.

Pekerjaan ini tak ada setiap harinya, hanya ada ketika musim tanam dan panen saja. Sedangkan sebagian warga lainnya bekerja sebagai pedagang atau kuli bangunan dengan pendapatan yang tak menentu.

“Di sini warga mendahulukan tempat tinggal untuk istirahat, sedangkan untuk keperluan air mereka tak membuat sumur dan kamar mandi. Harga yang tinggi untuk menggali sumur serta membuat kamar mandi menjadi alasan utama. Mereka menggantinya dengan sungai. Kalau dananya sudah ada, warga baru membangun kamar mandi serta sumur sendiri,” ujarnya.

Global Wakaf sempat diajak berkeliling kampung tempat Rofiudin tinggal. Di sana, masih dapat ditemukan rumah warga dengan kamar mandi yang terpisah dengan rumah.

Kamar mandi itu sekaligus untuk tempat mencuci piring atau baju tanpa aliran pembuangan air yang jelas. Kamar mandinya pun terbentuk hanya dari terpal biru yang yang sudah sobek. Tinggi kamar mandi pun hanya setengah orang dewasa.

Selain diajak mengelilingi kampung yang dihuni rumah warga tanpa kamar mandi dan sumur, Global Wakaf juga melakukan pemantauan pembangungan Sumur Wakaf Keluarga yang sedang dibangun di Desa Kadugadung.

Sepuluh sumur akan digali untuk sepuluh rumah di desa itu, pengerjaan dimulai pada Rabu (31/7). Diperkirakan, penyelesaian pembangunan bakal memakan waktu satu bulan lamanya.

Koordinator Pembangunan Sumur Wakaf Keluarga, Danu Putra Nugraha mengatakan sumur tersebut dibangun untuk mengubah pola hidup warga yang masih menggantungkan kali untuk kegiatan MCK.

Desa Kadugadung menjadi lokasi pertama pembangunan Sumur Wakaf Keluarga. Nantinya, diharapkan warga yang menerima manfaat sumur ini, dapat berubah pola hidupnya menjadi lebih bersih dan sehat.

“Dibandingkan air kali, air sumur lebih terjaga kesehatan dan kebersihannya untuk konsumsi serta kebersihan warga,” ujar Danu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement