Jumat 02 Aug 2019 08:00 WIB

Agar Tekad Menjadi Kunci Keberhasilan

Lurus atau tidaknya sebuah tekad erat kaitannya dengan komitmen dan istikamah.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Hasan bin Sa’id al-Hasaniyah mengutarakan beberapa hal mendasar yang mesti di perhatikan agar tekad itu bisa menjadi kunci keberhasilan. Yaitu keikhlasan. Membersihkan hati dari riak-riak duniawi. “Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. al- Bayyinah [98] : 5).

Kunci berikutnya ialah konsistensi diri. Lurus atau tidaknya sebuah tekad erat kaitannya dengan komitmen dan istikamah. Sulit rasanya, bila seseorang hendak mendaki tangga kesuksesan, sementara pada saat yang sama ia bermasalah dengan kejiwaan dan manajemen personalnya. Inilah, kata Ibnu Katsir dalam kitabnya tafsrinya, yang maksud dari ayat: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu.” (QS al- Maa idah [5] : 105).

Baca Juga

Perkara yang tak kalah penting ialah semangat berkompetisi dan bersaing positif dalam hal-hal kebaikan. Dan, bagi seorang Muslim, perlombaan yang utama ialah kompetisi yang menitikberatkan pada tindakan positif. Ibnu Rajab mengatakan, dalam kitab Al-Lathaif, konon ketika para salaf mendengar ayat ke- 148 surah al-Baqarah dan ayat ke-21 surah al-Hadid, mereka bersedih saat mengetahui orang lain telah terlebih dahulu mengerjakan kebaikan.

Tetapi, menurut Ibnu Rajab yang bermazhab Hanbali itu, kondisi saat ini telah berubah. Justru, orang berlomba-lomba dalam sisi negatif dan lebih condong ke dunia. Hasan al- Bashri mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia maka saingi dia dengan akhirat.”

 

Selanjutnya, hal yang bisa dilakukan ialah memotivasi diri dengan berkaca pada prestasi yang salaf. Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, diketahui setelah meninggal ternyata ia memberi makan para keluarga yang tinggal di 100 rumah sekitar Madinah.

Ada lagi Atha’ bin Rabah yang hidup 100 tahun dan berhaji 70 kali. Ia membaca 200 ayat Alquran dalam tiap rakaat shalat. Ibnu Hajar al-Asqalani mengarang Fath Al Bari saat berusia 32 tahun. Ada pula Ibnu Aqil yang mengarang lebih dari 800 karya. Jadi, sepatutnya Muslim bertekad kuat.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement