REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga hewan kurban, khususnya sapi, di sejumlah titik Provinsi Sulawesi Selatan meningkat. Keadaan ini terjadi menjelang Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, stok hewan kurban pada musim kurban tahun ini cenderung mengalami kenaikan.
"Sebenarnya ada penambahan stok sekitar 20 persen hewan kurban, namun ternyata tidak mendorong penurunan harga, justru harga tetap naik," kata pedagang sapi terbesar di Jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa, Daeng Se're kepada Antara, Jumat (26/7).
Dia menjelaskan, stok sapi miliknya sekitar 90 ekor. Ini lebih banyak sekitar 20 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, harga jualnya mulai Rp 11,5 juta hingga Rp 35 juta per ekor.
Menurut dia, harga sapi kurban pada tahun lalu masih dapat berkisar Rp 9 juta. Namun pada musim kurban tahun ini harga terendah sapi terpaut pada Rp 11,5 juta per ekor.
Hal ini terjadi seiring dengan harga daging sapi di pasaran yang terus naik, dari Rp 100 ribu per kilogram menjadi Rp 120 ribu per kilogram. "Karena itu, penentuan harga hewan kurban itu disesuaikan dengan taksiran bobot hewan kurban itu," ujarnya.
Hal senada dikemukakan penjual hewan kurban di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, H Syamsuddin. Dia mengatakan, harga baik hewan kurban maupun daging sapi setiap tahun meningkat. Ini disebabkan harga penjualan sapi di tingkat peternak terus naik.
"Kami membeli sapi dari peternak dengan harga yang cukup mahal, jadi kami terpaksa turut menyesuaikan harga," katanya.
Adapun menurut peternak sapi lain di Maros, M Ilyas, harga sapi yang naik di tingkat peternak itu karena pertimbangan biaya perawatan dan pakan. "Kami harus menggaji pekerja untuk mencari rumput dan makanan tambahan untuk sapi-sapi kami," ujar Ilyas.