Jumat 26 Jul 2019 04:20 WIB

Laki-Laki Penunggang Kuda

Rasulullah SAW menganti namanya menjadi laki-laki sang penyuka kebaikan

kuda
Foto: drinspirasi
kuda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orangnya tinggi, tampan, dan dikenal sebagai seorang penunggang kuda yang lihai. Tidak hanya tangkas menunggang kuda, dia juga mahir memanah. Bidikannya jarang meleset. Lebih dari itu, dia juga jago berperang. Namanya Zaid al-Khail (sang penunggang kuda).

Suatu sore menjelang matahari terbenam, Zaid menambatkan seekor unta jantan di tempat peristirahatannya. Unta jantan itu diikuti oleh lebih kurang 100 ekor unta di belakangnya. Setelah itu, seperti biasa, Zaid melayani bapaknya yang sudah tua. Dia masuk ke dalam tenda yang terbuat dari kulit, menyuguhkan minuman susu unta, dan menyiapkan makan malam. Dengan telaten, Zaid melayani bapaknya yang sudah uzur.

Besok paginya, Zaid kaget karena seluruh unta-untanya sudah raib entah ke mana. Segera dia menaiki kudanya dan memburu pencurinya. Menjelang tengah hari,  Zaid sudah dapat menemukan pencurinya. Dari jarak yang cukup untuk memanah, dia berseru, "Menyerahlah, atau Anda akan saya panah. Lihat pada tali unta jantan itu ada tiga buhul. Perhatikan saya akan panah buhul itu satu per satu."

Suara Zaid berhenti, disusul oleh kelabat tiga anak panah secara berturut-turut, tepat mengenai tiga buhul itu satu per satu. Melihat keahlian penunggang kuda itu memanah, pencuri itu menyerah. Si pencuri, seorang laki-laki dari Bani 'Amir, menceritakan bahwa dia sudah melakukan perjalanan tujuh hari tujuh malam mencari kehidupan untuk keluarganya yang ditinggalkan di Hirah-sebuah kota di Irak terletak antara Nejed dan Kufah. Negerinya sedang dilanda kemarau panjang sehingga tanaman dan ternak binasa. Mereka terancam mati kelaparan.

Setelah mengetahui kisah laki-laki dari Bani 'Amir tadi, Zaid berkata, "Unta-unta ini bukan milikku, melainkan milik saudara perempuanku. Seandainya unta-unta ini milikku, akan kuberikan semuanya kepadamu. Tunggulah dua atau tiga hari lagi, akan ada peperangan dengan Bani Numair."

Setelah peperangan dengan Bani Numair, Zaid mendapatkan rampasan perang hampir 100 ekor unta dan semuanya diberikan kepada laki-laki dari Bani 'Amir tadi.Ketika mendengar kedatangan Nabi di Madinah-waktu itu masih bernama Yatsrib- Zaid tertarik dan mengajak beberapa pemuka kaumnya dari Bani Thayy untuk menemui beliau.

Sesampainya di Madinah, Nabi sedang berkhutbah di dalam masjid. Mereka masuk dan dapat mendengarkan pesan-pesan Nabi secara jelas. Zaid kagum mendengarkan pesan Rasulullah dan takjub melihat kaum Muslimin mendengarkannya dengan penuh perhatian. Rupanya hidayah Allah langsung menggapainya.

Selesai Nabi berkhutbah, Zaid datang menghadap dan langsung berseru dengan suara lantang: "Ya Muhammad, aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi engkau adalah utusan-Nya". Rasulullah menoleh kepadanya. "Siapa engkau?" sapa Nabi. "Saya Zaid al-Khail putra al-Muhallil." Nabi bersabda, "Sekarang engkau adalah Zaid al-Khair, bukan lagi Zaid al-Khail. Segala puji bagi Allah yang telah membawamu ke sini dan melunakkan hatimu menerima Islam." Sejak itu, Zaid sang penunggang kuda terkenal dengan nama Zaid sang penyuka kebaikan.

Nabi pernah berkata kepadanya, "Wahai Zaid, dalam dirimu terdapat dua sifat yang disukai Allah dan Rasul-Nya." "Apa itu wahai Rasulullah?" tanya Zaid. "Sabar dan penyantun," jawab Nabi.

sumber : Hikmah/Yunahar Ilyas
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement