Selasa 23 Jul 2019 05:00 WIB

KH Abdullah Faqih, Berkah Shalawat, dan Tangis Rindu Santri

KH Abdullah Faqih dikenal dekat dengan para santrinya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
KH Abdullah Faqih Langitan
Foto: wordpress
KH Abdullah Faqih Langitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nama KH Abdullah Faqih, tak lagi asing bagi masyarakat Indonesia. Semasa hidupnya, tokoh kelahiran Widang, Tuban pada 2 Mei 1932 ini dikenal sebagai panutan dan rujukan para ulama dan umara di nusantara.   

Putra dari Kiai KH Rofi'i Zahid dan Nyai Khodijah ini, mengembangkan Pesantren Langitan dan berhasil mencetak kader-kader ulama andal yang mumpuni di bidang agama. 

Baca Juga

Di mata santrinya, Mbah Faqih, begitu akrab disapa, adalah sosok yang alim, wara’, dan mempunyai intuisi batin yang sangat kuat. Kedekatannya dengan para santri yang pernah belajar dan berinteraksi langsung dengan almarhum meninggalkan kesan mendalam.

Salah satunya, kesan yang membekas hingga kini dalam ingatan Pengasuh Pondok pesantren Al-Falahiyyah Mlangi Yogyakarta, KH Rifki Agus Maksum. Kiai Rifki menceritakan kisahnya sambil menangis tersedu-sedu. Santr Mbah Faqih ini menangis karena teringat pengalamannya saat sowan kepada gurunya tersebut. "Bentar dulu mas, saya nangis teringat beliau," ujarnya kepada Republika.co.id sembari menangis tersedu-sedu, Jumat (12/7). 

Setelah tangisnya mulai reda, dia pun mulai menceritakan pengalaman pribadinya bersama Mbah Faqih. Saat itu, kiai yang akrab dipanggil Gus Rifki ini mengalami masalah besar karena usaha ternak bebeknya bangkrut dan terlilit utang ke bank. 

Akhirnya, Gus Rifki sowan kepada Mbah Faqih untuk meminta petunjuk. "Waktu itu saya bangkrut. Terus saya sowan sama kiai, terus saya belum bicara apa-apa beliau sudah tahu kalau saya bangkrut," ucapnya.

Kemudian, Gus Rifki diberikan ijazah dua amalan shalawat oleh Mbah Faqih, yaitu bacaaan shalllahu ‘ala Muhahamad dan shallahu alaika ya Muhammad. 

Menurut Gus Rifiki, Mbah Faqih menyuruhnya membaca dua shalawat itu setiap malam. "Saya kasih amalan-amalan shalawat. Baru 30 hari, masya Allah saya langsung dapat uang waktu itu 2005, saya dapat Rp 200 juta sehingga utang saya lunas. semua selesai," katanya. 

Saat itu Mbah Faqih juga mengatakan kepada Gus Rifki bahwa jika mengamalkan shalawat tersebut secara istiqamah Gus Rifki akan berangkat naik haji. Perkataan Kiai Fakih itupun menjadi kenyataan. "Dan benar mas, pada 2005 saya dapat inayah, dan pada 2007 alhamdulillah saya haji. Jadi beliau makrifat betul, saya tahu betul itu," jelas Gus Rifki.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement