REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Jawa Barat melaksanakan agenda blusukan ke kampung-kampung di Kabupaten Bogor, salah satunya ke Tenjolaya. Kegiatan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran aliran dan pemahaman menyimpang.
"Masalah yang dihadapi saat ini begitu besar, antara lain maraknya aliran dan pemahaman menyimpang, masalah sosial, dan masalah lingkungan," ujar Sekretaris MUI Kabupaten Bogor, Saepudin Muhtar alias Gus Udin usai memberikan materi sosialisasi di Aula Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Senin (22/7).
Materi yang disampaikan dalam kegiatan bertajuk "Bersama membangun Indonesia berkeadaban" yaitu mengenai keorganisasian dan penguatan sinergitas antara ulama dan umara di wilayah Kecamatan Tenjolaya.
Gus Udin berharap para ulama dan umaro menerima materi yang diberikan dan kedepan bisa membendung lebih dulu sebelum aliran dan paham menyimpang di wilayah tersebut menyebar.
"Hadir bersama Kiai Makmur Jawawi, ulama karismatik dari Bogor Barat. Selain unsur Muspika, turut hadir para kiai, tokoh masyarakat, ketua ormas dan pimpinan pondok pesantren," terang Gus Udin.
Selain mengangkat isu keagamaan, pihaknya juga memberikan materi mengenai masalah-masalah sosial. Salah satunya mengenai permasalahan sampah yang tengah konsen dibenahi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
"Sampah di Kabupaten Bogor saat ini mencapai 2.800 ton per hari dan membutuhkan pengangkut sedikitnya 550 truk, sementara pemerintah hanya memiliki 245 armada dan satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA)," jelasnya.
Maka, pria yang juga merupakan Juru Bicara (Jubir) Bupati Bogor, Ade Yasin ini mengajak tokoh agama dan masyarakat turut peduli dalam melancarkan program Pemkab Bogor soal penanganan sampah zonasi dan penambahan tempat penampungan sampah terpadu (TPST).
"Tentu peran serta tokoh agama dalam mengedukasi masyarakat agar cinta lingkungan sangatlah signifikan. Semoga sinergitas antara ulama dan umaro di Kabupaten Bogor makin kuat," ujarnya.