REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Ihsan
Orang yang berdoa kepada Allah SWT adakalanya cepat dikabulkan dan ada pula yang lambat diperkenankan. Bila Anda berdoa tetapi belum terkabul, janganlah cepat berprasangka bahwa Allah tidak mengabulkan permohonan Anda. Sebab, masalah dipercepat atau diperlambatnya doa termasuk dalam bentuk kekuasaan-Nya.
Allah tidak serta-merta mengikuti kehendak dari orang yang berdoa. Cepat atau lambatnya Ia memperkenankan doa bergantung dari amaliyah orang itu sendiri. Bisa jadi seseorang yang belum terkabul permohonannya itu ketika dalam berdoa tidak memakai tatakrama sebagaimana seharusnya orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Atau, mungkin ia berdoa karena pamrih, bukan karena mengikuti perintah-Nya.
Allah akan memberikan karunia-Nya apabila seseorang secara lahir dan batinnya mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan ikhlas dalam menerima semua takdir-Nya. Bila seseorang berdoa memohonkan hajatnya kepada Allah, maka janganlah mempunyai prasangka bahwa Allah akan memenuhinya dengan sifat Ketuhanannya. Akan tetapi, tujuannya ialah agar orang itu mengetahui adab kesopanan di hadapan-Nya, yaitu menyerahkan segala perkaranya kepada Allah saja, rela atas pembagian-Nya dan tidak meminta yang bukan haknya.
Di samping itu, tujuan seorang hamba meminta kepada-Nya hendaknya disesuaikan dengan hajat dan kadar kebutuhannya serta permohonan yang baik-baik, bukan doa untuk mencelakakan orang lain.
Al Hasan pernah berkata, ''Tidaklah tujuanmu berdoa itu untuk memperoleh apa yang menjadi hajatmu. Bila tujuanmu hanya demikian, maka kamu akan terhalang dari Allah. Oleh sebab itu, jadikanlah doamu itu sebagai munajat (berbisik-bisik) kepada-Nya.''
Allah sangat memahami sesungguhnya hamba-hamba-Nya bersemangat sekali untuk mendapatkan rahasia karunia-Nya. Maka, Ia berfirman, Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya untuk diberi rahmat-Nya dan sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang mengerjakan kebaikan.
Dengan demikian, tujuan orang berdoa itu bukan saja menyampaikan hajatnya, tetapi ia juga harus memahami adab-adab kesopanan bila berada di hadapan Allah agar permohonannya diperkenankan. Dan, ia pun harus ikhlas menerima ketentuan ketetapan (takdir) yang datang dari Allah kepadanya.