REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Masjid Agung Nurul Islam yang terletak di Kota Sawahlunto turut menjadi saksi sejarah bagi bekas Kota Tambang terbesar di Asia Tenggara tersebut. Bangunan masjid ini cukup unik. Bentuknya tidak seperti masjid-masjid lain yang ditemukan daerah Sumatera Barat.
Masjid ini punya lima kubah yang bentuknya tidak ada nuansa ke-Araban. Justru bangunan ini sarat dengan gaya arsitektur Belanda.
Masjid Agung Nurul Islam ini terletak di Kelurahan Kubang Sirakuak Utara, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto. Hanya berjarak 150 meter dari Museum Kereta Api Sawahlunto atau Kandang KA Mak Itam.
Mantan Pegawai Negeri Sipil di Kota Sawahlunto Jasmin Chalid mengatakan dulunya bangunan Masjid Agung ini adalah gudang pembuatan dan penyimpanan senjata pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Baru diubah menjadi masjid sejak tahun 1952.
"Dulunya di masjid itu adalah gudang senjata bagi pejuang saat revolusi Indonesia. Baru diubah menjadi masjid begitu Indonesia sudah merdeka," kata Jasmin kepada Republika, Rabu (10/7).
Bangunan utama Masjid Agung Nurul Iman ini berukuran 60x60 meter. Ia memiliki satu kubah besar di tengah dan dikelilingi empat kubah ukuran kecil. Di bawah bangunan masjid ini terdapat lubang perlindungan yang dulunya tempat merakit senjata dan menyimpan granat tangan dan mortir.
Aktivitas pertambangan di Kota Sawahlunto berkembang pesat di akhir abad ke 19. Saat itu, hasil tambang batubara di Sawahlunto dinilai sebagai batubara terbaik di dunia dan terbesar di Asia Tenggara.
Jadi bangunan yang kini menjadi Masjid Nurul Islam Sawahlunto itu awalnya untuk pusat pembangkit listrik tenaga uap. Yang sumber tenaganya juga memanfaatkan aliran Sungai Batang Lunto. Tapi karena debit air sungai kian berkurang, PLTU dipindahkan ke Salak, Talawi.
Bekas bangunan PLTU itu dimanfaatkan masyarakat pribumi ketika berjuang dalam masa revolusi Indonesia sampai dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Ketika tahun 1952 setelah merdeka, pemerintah mengubah bangunan tersebut menjadi masjid karena mayoritas penduduk Sawahlunto beragama Islam.
Cerobong asap yang dulunya untuk mengeluarkan asap PLTU dijadikan sebagai salah satu menara masjid sampai sekarang yang tingginya 75 meter. Kini selain menjadi tempat ibadah, Masjid Agung Nurul Islam Sawahlunto juga menjadi pusat pendidikan agama Islam.