Rabu 10 Jul 2019 16:18 WIB

Dunia Digital Tantangan Bagi Orang Tua dan Pendakwah

Dunia digital bak hutan belantara sehingga butuh bekal guna menghadapinya.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agung Sasongko
Internet. Ilustrasi
Foto: Foxnews
Internet. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Media online kini sudah sangat bebas, artinya apapun dapat disajikan secara digital termasuk dakwah via digital. Namun dunia digital bak hutan belantara, siapa yang masuk ke dalamnya belum bisa meastikan apakah semua yang disajikan sebuah fakta valid, atau justru fakta yang diputarbalikkan hingga membahayakan.

Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ahmad Satori Ismail, mengungkapkan era digital adalah tantangan bagi para orang tua, juga bagi para pendakwah. “Pendakwah memiliki tantangan agar bisa menyajikan pembelajaran Islam yang baik,” kata dia saat dihubungi, Rabu (10/7).

Sementara tangangan para orang tua adalah bagaimana memberikan benteng-benteng pertahanan dari dunia digital yang bebas, agar jangan sampai anak-anak mereka mendapatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan Alquran dan assunah. Ahmad Satori yang tentu juga merupakan seorang tua, menyebut memberikan benteng ini yang berat.

Maka dari itu, orang tua dituntut untuk mendidik anak-anak sejak dini tentang dasar-dasar nilai Islam. Misalnya untuk yang sudah memasuki usia millenial ini, orang tua harus punya cara bagaimana mereka bisa untuk mengarahkan anak-anak mereka memilih hal-hal yang baik.

“Karena masuk ke internet dan lainnya dalam dunia digital, itu sama seperti masuk ke dalam hutan belantara,” ungkap Ahmad Satori.

Dalam belantara, pendakwah adalah salah satu pemuka agama dalam memberikan jalan hidup umat muslim. Para pendakwah diharapkan agar memperbanyak kajian dan konten yang baik tentang Islam secara terstruktur, serta rapi dari mulai yang termudah sampai kepada hal-hal yang dibutuhkan oleh para millenial.

“Ini kewajiban kita. Sejak dini membentengi anak kita terlebih dahulu agar mereka menjadi seorang muslim yang baik, lurus, moderat, dan tidak terbawa kepada hal-hal ekstrim atau kelompok-kelompok kurang bertanggungjawab tentang Islam. Ini kewajiban orang tua melindungi, dan para dai menyiapkan sajian ke-Islaman yang baik,” papar Ahamd Satori.

Sebelumnya diberitakan, kalangan muda Muslim lebih tertarik mengikuti kajian agama di media sosial. Demikian, studi terbaru yang dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Kementrian Agama (Balitbang Kemenag).

"Bahwa 90.9 persen dari 400 mahasiswa, menyatakan lebih suka memperoleh informasi keagamaan dari video-video ceramah di internet. Sedangkan koran atau artikel cetak merupakan sumber literasi yang paling jarang dipilih mahasiswa," demikian isi studi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement