REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk membantu pemulihan bascabanjir Samarinda, Aksi Cepat Tanggap (ACT) bekerja sama dengan Kitabisa.com kembali mendistribusikan ratusan paket pangan. Kamis (4/7) lalu, paket pangan berisi beras, minyak, gula, biskuit, sarden, dan lainnya diberikan untuk warga terdampak banjir yang cukup parah.
Ada 100 kepala keluarga di Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda, yang menerima bantuan ini. “Alhamdulillah paket sudah disdistribusikan dengan baik, dibantu pihak aparat desa, mulai dari Pak Lurah, Ketua RT 33 dan RT 34, Babinsa TNI AD, dan para warga. Mengingat medan yang ditempuh tidak bisa dilalui menggunakan mobil, tim kami dibantu dengan gerobak untuk menjangkau warga. Diharapkan bantuan ini bisa memenuhi kebutuhan makanan pokok warga pascabanjir,” ujar Tim Program ACT Kalimantan Timur (Kaltim), Muhammad Iqbal, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Senin (8/7).
Selain paket pangan, ACT Kaltim berencana merancang program kesehatan lanjutan. Karena Berdasarkan hasil assessment dan koordinasi dengan pihak aparat desa, salah satu dampak pascabanjir besar kemarin yakni jumlah nyamuk yang kian bertambah.
Ketua RT setempat, Doni Irawan menyebut keluhan pascabanjir yang paling parah saat ini adalah gangguan nyamuk. Ia berharap ke depannya ia bersama warga bisa bekerja sama dengan pihak lainnya untuk menanggulangi masalah ini.
"Kebetulan saya juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan ACT di media sosial. Oleh karena itu, saya percaya sudah kalau yang di luar negeri saja ditolong apalagi yang di dalam negeri,” kata Doni Irawan.
Tidak hanya Doni, masyarakat begitu antusias menyambut kedatangan tim ACT Kaltim. Hal ini mengingat sejak pascabanjir, warga di RT 33 dan RT 34 baru sekali mendapat bantuan berupa makanan siap santap.
Doni menyebut banjir kemarin memang merupakan banjir terbesar yang mereka alami semenjak tahun 1998 silam. Dengan jumlah penduduk sekitar lima ratus jiwa, RT 33 dan RT 34 Kelurahan Sidodadi tergolong wilayah padat penduduk yang melintang di atas parit kota.
Setiap kali intensitas curah hujan meninggi, ketinggian air parit pun berisiko bertambah hingga menggenangi atau bahkan membanjiri rumah warga di sekitarnya.