Ahad 07 Jul 2019 20:00 WIB

Mengenal Faedah Puasa Daud

puasa Daud adalah puasa sunah yang dinilai paling istimewa

Ilustrasi Buka Puasa Bersama
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ilustrasi Buka Puasa Bersama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarah puasa disebut hampir sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia. Nabi Adam AS melakukan puasa pada 13, 14, dan 15 atau dinamakan shaum abyadh (puasa mutih). Puasa ini dilakukannya sebagai upaya permohonan tobat dan am pun an kepada Allah SWT. Perbuatan memakan buah khuldi sungguh sangat disesali Adam. Dia pun harus angkat kaki dari surga dan menempati dunia.

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pasti kami termasuk orang-orang merugi." (QS al-Araf: 23). Nabi Nuh AS bahkan puasa sepanjang tahun. Nabi-nabi lain juga memiliki tradisi puasa yang amat kuat, termasuk Nabi Daud AS.

Dalam Perjanjian Lama disebutkan bah wa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya dan terus-menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi. Dia lantas mengganti pola puasanya menjadi sehari puasa kemudian sehari tidak.

Dalam buku Dahsyatnya Puasa Nabi Daud dijelaskan, puasa Daud adalah puasa sunah yang dinilai paling istimewa ketimbang puasa lainnya. Puasa Nabi Daud merupakan puasa seimbang karena pelaksanaannya tidak mengabaikan hak dan kewajiban yang lain. Untuk melakukan puasa Daud, kita harus berniat terlebih dahulu. Status niat dalam rukun ibadah apa pun adalah persyaratan untuk absahnya iba dah. Tidaklah sah sebuah ibadah kecuali dengan niat. "Sesungguhnya setiap amal itu ada niatnya." (HR Bukhari dan Mus lim).

Letak niat ada di dalam hati dan tidak harus diucapkan. Namun, memang beberapa ulama nusantara tidak mengucapkan hak ini. Berbeda dengan puasa wajib yang harus berniat pada malam hari bahkan ketika sebelum terbit fajar, puasa Daud tak mensyarakat demikian.

"Pada suatu hari, Nabi SAW menemui ku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan? Kami menjawab tidak ada. Beliau berkata, Kalau begitu, saya akan berpuasa. Kemudian dia datang lagi padahari yang lain dan kami berkata,"Wahai Rasulullah, kita telah memberikan hadian berupa hiais (Makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju."

 

 

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement