REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng, Jakarta Pusat, menggelar i’tikaf bulanan, Sabtu (6/7) malam. I’tikaf itu tersebut digelar setiap Sabtu malam pekan pertama (awal bulan).
I’tikaf kali ini dihadiri mahasiswa Universitas Indonesia (UI) semester 4 - 6 dari Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Budaya, Ekonomi, Kedokteran Gigi, Hukum, Fisip, MIPA, Psikologi, dan Fakultas Ilmu Administrasi.
“Kami mengapresiasi para mahasiswa UI yang mengikuti i’tikaf bulanan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) malam ini. Mereka ini adalah pemuda-pemuda Islam yang hatinya dekat dengan masjid. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin-pemimpin hebat di masa depan,” kata Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), H M Aksa Mahmud seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (7/7).
Penceramah pertama dalam i’tikaf tersebut, Dr KH Zuhdi Zaini MA mengatakan kehidupan di dunia itu adalah sementara dan tidak abadi dan manusia hidup di dunia hanya sekitar 75 tahun kurang lebihnya. Sedangkan kehidupan setelah kematian adalah kekal dan abadi.
“Janganlah kita menggadaikan kehidupan yang sementara ini sehingga kita lupa akan kehidupan akhirat. Jangan sampai kita mencari rezeki untuk hidup di dunia dengan menghalalkan segala cara,” ujarnya.
Dr H Amri Fatmi Anziz MA mengisi tausiyah i'tikaf bulanan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng, Jakarta.
Sedangkan penceramah kedua, Dr H Amri Fatmi Anziz MA membahas tema tadabur Surat Al Waqiah tentang Golongan Kanan (Ashabul Yamin) dan Golongan Kiri (Ashabusy Syimal).
“Sesungguhnya makanan yang paling lezat dan enak adalah buah-buahan. Maka, makanan penghuni surga itu adalah buah-buahan. Untuk siapakan buah-buahan itu diberikan? Kepada Ashabul Yamin yaitu orang yang menerima buku amalannya dari tangan kanan. Buah di surga rasanya semakin kita makan maka kita akan semakin terus memakannya, dan tidak pernah merasa bosan,” tuturnya.
Ia menambahkan, Golongan Kiri adalah mereka yang menerima catatan amal baiknya dari tangan kiri. “Mereka adalah Ashabusy Syimal yaitu orang yang berada dalam siksaan angin yang panas, air yang mendidih dan asap (udara) yang hitam. Sedangkan Ashabul Yamin yang beriman adalah orang yang melakukan perbuatan dosa maka ia segera bertaubat dengan cepat,” paparnya.
Amri Fatmi mengemukakan, kehidupan setelah mati adalah kehidupan yang berbeda dengan kehidupan hari ini. "Saat kita di rahim ibu kita, kita hanya hidup dengan plasenta/ari-ari. Kita di dunia hidup dengan kehidupan di dunia dengan panca indera kita. Saat kita mati maka kita akan melihat suatu kehidupan yang lebih besar lagi, saat kita sudah berada di alam kubur itulah awal dari fase kehidupan ketiga kita,” tuturnya.