Rabu 03 Jul 2019 07:07 WIB

Teladan Arwa Binti Abdul Muthalib

Arwa binti Abdul Muthalib, bibi dari Rasulullah SAW

Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak kisah perempuan hebat dalam sejarah Islam yang patut dijadikan suri teladan bagi kaum Muslimin. Arwa binti Abdul Muthalib, bibi dari Rasulullah SAW, merupakan salah satu contohnya. Ia merupakan perempuan terpandang pada zaman jahiliyah dan Islam. Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan mempunyai kemampuan bersyair.

Arwa lahir di Makkah sekitar tahun 560 Masehi. Ia merupakan putri Abdul Muthalib ibn Hasyim dan Fatimah binti Amr yang ber asal dari suku Makhzum, suku Quraisy. Suami pertama Arwa adalah Umayr ibn Wahb. Dari hasil pernikahannya dianugerahi seorang putra bernama Kalib bin Umair.

Suami keduanya adalah Arta ibn Sharahbil ibn Hasyim. Dari suami yang kedua dikaruniai seorang anak perempuan bernama Fatima. Arwa merupakan tokoh perempuan terkemuka dalam sejarah Islam. Ia masuk Islam di Makkah dan ikut hijrah ke Madinah.

Arwa tercatat seseorang yang selalu mendukung Rasulullah SAW. Sebelum memeluk Islam, dia sudah menyokong dakwah Rasulullah. Arwah bahkan memberikan dukungan saat anak nya, Kalib, menyatakan masuk Islam di Darul Arqam bin Abu Al- Arqam Al-Makhzumi.

Kalib menemui ibunya setelah masuk Islam dan berkata, "Aku mengikuti Muhammad dan masuk Islam karena Allah." Lalu Arwah menanggapi apa yang dikatakan oleh anaknya. Arwa berkata: "Sungguh benar jika kau mendukung dan membantu sepupumu Muhammad. Demi Allah, kalau saja kita mampu apa yang dilakukan oleh para lelaki itu mendukungnya, tentu kita akan mengikutinya dan membelanya," kata Arwa.

Anaknya memiliki andil cukup besar yang membuat Arwa akhirnya memeluk Islam. Sebelumnya terjadi sebuah percakapan antara Arwa dan Kalib. "Lalu apa lagi yang menghalangimu untuk masuk Islam dan mengikuti Muhammad. Padahal, saudaramu Hamzah telah juga masuk Islam," kata Kalib. "Maka sesungguhnya aku memintamu karena Allah agar kau mau datang pada Muhammad, masuk Islam, membenarkannya dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah," ujar Kalib dalam permin taannya.

Kemudian Arwa masuk Islam dan menjadi salah seorang yang terus berada di belakang Rasulullah dalam mendukung dakwahnya. Ia bahkan mengajak anak nya untuk membantu Rasulullah dan mengerjakan apa yang diajarkan. Suatu ketika diceritakan saat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy menyakiti Rasulullah. Kalib pun kemudian sengaja mendatangi tempat Abu Jahal dan memukulnya dengan keras di kepalanya. Sehingga orang-orang di dekat Abu Jahal meringkusnya. Lalu Abu Jahal mendekati dan melepaskannya.

Atas tindakan Kalib, orang-orang dekat Abu Jahal kemudian berkata kepada Arwa, "Apakah kau tidak melihat anakmu si Kalib itu sekarang menjadi kasar berdekatan dengan Muhammad?" "Aku melihat bahwa beberapa hari ini dia semakin baik setelah dia mengisi harinya dengan selalu membela sepupunya Muhammad. Sungguh Muhammad membawa ajaran yang benar dari sisi Allah," jawab Arwa. "Apakah kau juga telah menjadi pengikut Muhammad?" tanya mereka. "Benar," jawab Arwa.

Mendengar pengakuan Arwa yang juga memeluk Islam, mereka kemudian memberitahu Abu Lahab. Abu Lahab pun segera menemui Arwa dan berkata, "Sungguh mengherankan dirimu ini, hai Arwa. Mengapa kau menjadi pengikut Muhammad dan kau tinggalkan agama Abdul Muthalib?" Mendengar perkataan Abu Lahab, Arwa pun menanggapinya dengan tenang bahkan meminta untuk membantu Rasulullah.

"Memang seperti itulah keadaannya," kata Arwa. "Maka cobalah kau dukung keponakanmu itu, bantu dan bela dirinya. Bila dia memberikan suatu ajaran, maka kau punya dua pilihan, apakah kau masuk ke dalam Islam bersamanya atau kau tetap memegang agamamu itu. Apabila dia yang benar, minta maaf karena telah memilih masuk ke dalam golongan keponakanmu Muhammad,".

"Kami mempunyai kekuasaan dan kekuatan besar di Arab yang secara bersama-sama menentang kedatangan agama baru," kata Abu Lahab sambil lalu beranjak. Jawaban-jawaban Arwa atas tekanan yang dilontarkan dari Abu Jahal, Abu Lahab dan pembesar Quraisy tidak membuat dirinya mundur dalam membantu Rasulullah SAW. Ia juga sangat sedih ketika Rasulullah meninggal. Dia bahkan membuatkan sebuah puisi atas kematiannya. Berikut kutipan puisi yang ditulis Arwa. "Wahai Rasulullah, bukankah kau harapan kami kehadiranmu bagi kami ada lah kebaikan Dan jangan kau biarkan men jadi kering Setiap detak jantungku hanya mengingat Muhammad Dan betapa kesedihan mena han rindu Terkumpul dalam diriku sete lah kau tiada, wahai Nabi.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement