Rabu 03 Jul 2019 05:30 WIB

Dubes Saudi Kunjungi PBNU: Era Baru Wujudkan Moderasi Islam

Dubes Saudi ingin menjalin kerjasama intens dengan NU.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam A Abid Althagafi bersama jajaran pimpinan PBNU di Jakarta, Selasa (2/7).
Foto: Dok istimewa
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam A Abid Althagafi bersama jajaran pimpinan PBNU di Jakarta, Selasa (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengurus Besar Nahdlatul Ulama  (PBNU) menerima kunjungan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam A Abid Althagafi ke Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Pusat, Selasa (2/7) malam. 

Dubes diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan beberapa pengurus syuriyah dan tanfidziyah di antaranya KH Nurul Yaqin Ishaq, Bendahara H Bina Suhendra, Sekretaris Jenderal Helmy Faishal Zaini, Ketua Robikin Emhas, H Eman Suryaman, H Umarsyah, dan Wakil Sekjen Ishfah Abidal Aziz. 

Baca Juga

“Hari ini, PBNU kedatangan tamu mulia. Beliau adalah diplomat ulung, diplomat senior yang langsung mendapat amanah dari Raja Salman Abdul Aziz,” kata Kiai Said dengan bahasa Arab usai menerima kunjungan Dubes. 

Kiai Said mengatakan kedatangan Dubes tersebut ke Indonesia adalah  memperkuat dan meningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang antara lain sama haji dan umrah, hubungan dagang, budaya, sosial.

“Mudah-mudahan Indonesia mendapat berkah dan kami sangat bangga gembira karena Dubes Arab Saudi yang baru ini yang sangat terbuka, intelek, dan berpandangan sama dengan NU yaitu sama-sama berpandangan Islam wasathiyah(moderat), itu akan jadi titik keberangkatan kita,” kata Kiai Said yang selama 13 tahun saat menuntut ilmu sampai mendapat gelar doktor.     

Menurut Kiai Said, hari ini nama Islam rusak karena munculnya sekelompok Islam yang radikal, ekstremis, dan teroris. Oleh karena itu, Arab Saudi dan Indonesia, khususnya NU, akan bergandengan tangan memperbaiki Islam yang penuh rahmat, ramah, damai, cinta, penuh kasih sayang, dan kemanusiaan.   

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur ini menambahkan, orang yang mengaku agama Islam, dan melakukan kekerasan atas nama agamanya adalah bertentangan dengan Alquran. “Tidak boleh ada dakwah Islam dengan cara kekerasan, tapi dengan cara ramah dan damai,” kata dia. 

Dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah topik antara lain fenomena kekerasan atas nama agama Islam terutama yang dilakukan ISIS, serta paham yang membidahkan kebiasaan umat Islam yang baik yang telah tumbuh berkembang di seperti peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan lain-lain. Selain itu kedua belah pihak juga menjajaki kerja sama dalam berbagai bidang seperti dalam pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.  

 

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement