Selasa 25 Jun 2019 07:49 WIB

Menimbang Perkataan, Menjaga Lisan

Tidak sembarangan dalam mengeluarkan perkataan

Bicara yang benar (ilustrasi)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Bicara yang benar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Gafur

Tak terhitung sudah berapa banyak kata-kata yang meluncur dari mulut kita setiap harinya. Namun sayang, kita tidak pernah mendata seberapa banyak perkataan yang kita ucapkan itu, apakah bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, ataukah sama sekali tak memberi nilai tambah.

Baca Juga

Yang menyedihkan lagi, jika ucapan yang kita keluarkan itu justru perkataan kotor yang membahayakan, mengundang kontroversi, dan bahkan menyesatkan orang lain. Hal inilah yang di dalam Alquran diistilahkan sebagai lahwal hadis.

''Di antara manusia ada orang yang tanpa pengetahuan menggunakan perkataaan yang tidak berguna (lahwal hadis) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, serta menjadikan jalan itu sebagai bahan olok-olok. Mereka itu akan memperoleh azab yang membuat mereka jadi terhina.'' (QS Luqman [31]: 6).

Orang yang terbiasa berbicara ceplas-ceplos cenderung mengeluarkan perkataan yang sembarangan. Mungkin tidak terlalu berdampak negatif, apabila yang mengucapkannya orang biasa dan tidak mempunyai otoritas atau pengaruh tertentu di masyarakat.

Coba bayangkan, jika yang berbicara seorang tokoh yang dikenal luas oleh berbagai kalangan, seorang yang diburu berbagai media untuk mendapatkan komentarnya. Sudah tentu, komentar-komentarnya dipublikasikan dan disebarluaskan di tengah masyarakat.

Dan tidak bisa kita mungkiri, tidak semua orang bisa menyikapi sebuah komentar dengan kritis dan bijaksana. Maka, tidak ada jalan lain untuk menghindarkan kekacauan selain menjaga dan menimbang setiap kata-kata yang dikeluarkan.

''Tidak ada satu perkataan apa pun yang terucap, kecuali di sana ada Raqib dan Atid (malaikat pencatat perilaku manusia).'' (QS Qaf [50]: 18). Islam sangat memperhatikan etika sosial yang menjadi tiang penyangga bagi tegaknya bangunan sosial yang kokoh dan harmonis.

Perintah Nabi Muhammad SAW agar umatnya menjaga lidah dan lebih baik diam kalau tidak bisa mengucapkan sesuatu yang berdampak positif, membuktikan hal itu. Kelihatannya sepele dan tidak terlalu penting, karena masih banyak persoalan bangsa ini yang lebih membutuhkan perhatian. Namun, diakui atau tidak, suasana negeri yang kian hari kian keruh ini, tidak terlepas dari aktivitas berbicara yang diartikulasikan lewat pernyataan dan komentar-komentar.

''Dan siapakah yang mempunyai ucapan terbaik selain dari ucapan orang yang mengajak kepada Allah, dan dia melakukan amal saleh, dan menyatakan diri termasuk dalam golongan kaum Muslimin.'' (QS Fushshilat [41]: 33).

Ucapan yang baik tidak hanya dalam pengertian spiritual, dan bukan berupa pidato atau ceramah. Tetapi, ucapan yang bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat agar berbuat yang terbaik dalam hidup ini.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement