Jumat 14 Jun 2019 19:30 WIB

Razia Sultana dalam Catatan Ibnu Batutah

Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Batutah bertutur tentang Razia Sultana.

Koin Cina bertuliskan bahasa Arab yang berasal dari Kesultanan Delhi.
Foto: Jinshi Cultural Relics Bureau
Koin Cina bertuliskan bahasa Arab yang berasal dari Kesultanan Delhi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Batutah bertutur tentang Razia dan gaya kepemimpinannya. "Ke mana pun pergi, Razia selalu dilengkapi dengan persenjataan lengkap seperti busur serta tak mengenakan cadar seperti kalangan perempuan yang hidup pada saat itu," kata Batutah.

Sementara dalam tulisan salah seorang sejarawan, Razia disebutkan selalu tampil dengan gaya khas. Ia memotong pendek rambutnya dan kerap mengenakan jubah pria serta tidak enggan berbaur dengan masyarakat di pasar hanya sekadar untuk mendengarkan keluh kesah rakyat.

Baca Juga

Tak hanya memerintah dengan cerdik, sejarawan juga mencatat, Razia merupakan satu-satunya sultan yang mengomandoi pasukan militer. Seperti ayahnya, Razia juga selalu menguta makan langkah-langkah diplomatik. Sebagai politikus cerdas, Razia berhasil menjaga kepercayaan para bangsawan dan pada waktu yang sama juga menda pat dukungan dari tentara dan rakyat.

Kepemimpinan Razia mulai goyah setelah hubungannya dengan Jamaluddin Yaqut, seorang budak Ethiopia yang diangkat sebagai penasihat militer, menjadi sorotan para bangsawan Turki. Perhatiannya kepada Yaqut yang bukan orang Turki menimbulkan kecemburuan di kalangan kaum bangsawan Turki.

Berawal dari masalah itu, Razia pun dijebak hingga akhirnya menikah dengan Gubernur Bhatinda, Malik Altunia. Razia beserta suaminya tutup usia pada 13 Oktober 1240 akibat dibunuh dalam perjalanan menuju istana kesultanan. Sebuah akhir kehidupan yang tragis. Dari semua sultan Delhi, Razia dinilai sebagai pemimpin terbaik. Kisah hidupnya menginspirasi para seniman untuk mengabadikannya dalam puisi, drama, novel, dan film.

Semasa hidupnya, Razia berhasil men dirikan sekolah, akademi, pusat penelitian, dan perpustakaan umum yang mencakup karya-karya filsuf kuno. Ia juga memerintahkan agar sekolah dan akade mi di wilayah kekuasaannya tak hanya mengajarkan Alquran dan Hadis, namun juga mengkaji sains, filsafat, sastra, dan astronomi yang dikaji umat Hindu.

Selain mengembangkan aktivitas in telektual, ia juga menjadikan Delhi seba gai kota perdagangan. Tak heran pada masa kekuasaannya, Dinasti Mamluk di Delhi sudah memiliki uang koin tersen diri. Hal itu menandakan Kesultanan Delhi memiliki pengaruh yang besar secara ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement