REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan hidupnya dicatat sejarah, kisah cintanya pun menginspirasi. Bagaimana tidak? Ia merupakan satu di antara sedikit wanita yang dinikahi para syuhada. Sahabat wanita tersebut bernama Atikah binti Zaid. Ia memiliki banyak kemuliaan dan keistimewaan.
Tidak hanya berparas cantik, Atikah juga dikenal pandai bersyair serta berahlak mulia. Saudara kandungnya, yakni Said bin Zaid, pun termasuk sahabat Rasulullah SAW yang diterima masuk surga berkat perjuangannya membela Islam.
Atikah memang lahir dari keluarga cukup terpandang. Ayahnya, Zaid bin Amr bin Naufail, termasuk sosok yang disegani pada masanya. Zaid sering menegur orang-orang Quraisy seraya mengatakan, "Kambing itu diciptakan Allah, Allah turunkan air untuknya, Allah menumbuhkan rerumputan untuknya, kemudian kalian sembelih tanpa nama Allah."
Kehidupan penuh pengorbanan Atikah dimulai ketika dinikahi oleh putra Abu Bakar as- Shidiq, yaitu Abdullah. Hanya saja, pernikahan tersebut membuat Abdullah lalai terhadap kewajibannya kepada Allah SWT, seperti melewatkan shalat berjamaah serta tak berpartisipasi dalam perang. Karena itu, sang ayah menyuruhnya menceraikan Ati kah, tetapi setelah bercerai, sikap Abdullah semakin memburuk.
Akhirnya, Abu Bakar mengizinkan putranya rujuk kembali dengan Atikah. Sampai akhirnya Abdullah wafat sebagai syahid dalam Perang Thaif sehingga Atikah harus hidup menjanda. Sebe lumnya, pasangan saling menghargai tersebut telah saling membolehkan menikah lagi bila salah satu dari mereka wafat terlebih dahulu.
Dengan begitu, sepeninggal Abdullah, Atikah menerima la maran Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Melalui pernikahan itu, Atikah senantiasa mendukung perjuangan sahabat Ra sulullah tersebut dalam menegakkan Islam. Bahkan, Atikah melihat langsung sang suami saat terbunuh sebagai syuhada.
Atikah pun kembali harus menjanda. Atikah kemudian dilamar oleh salah satu dari sahabat yang disetujui masuk surga, yakni Zubair bin al-Awwam. Pernikahan itu berakhir ketika sang kesatria wafat syahid di lembah as-Siba dalam Perang Jamal.
Kisahnya tidak berakhir sampai di situ. Pasalnya, ketika usia sahabiyah tersebut masuk ke ke pala lima, ia dinikahi oleh cucu Rasulullah SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Husein tertarik de ngan kesalehahan Atikah. Sayangnya, pada pernikahannya yang terakhir ini, Atikah harus kembali menjadi janda tatkala putra Ali bin Abi Thalib itu syahid pula di medan perang. Kesabaran sekaligus ketegarannya sungguh tanpa batas.
Muslimah asal Kabilah Makzhum, Suku Quraisy, tersebut se ring dijuluki dengan sebutan "istri para syuhada". Ali bin Abi Thalib juga pernah mengatakan, "Siapa yang menyukai mati syahid pada masa mendatang, hendaklah dia menikah dengan Atikah."
Setelah melewati berbagai ujian kehidupan, akhirnya Ati kah mengembuskan napas ter akhir nya pada 41 Hijriyah. Te patnya pasa masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan.